Pemanfaatan folder di Kota Bekasi memasuki fase penting: apakah ia akan menjadi ruang publik yang inklusif, atau justru menjadi ruang ekonomi yang hanya dinikmati segelintir kelompok? Pertanyaan ini harus dijawab sejak awal, sebelum folder benar benar dikembangkan menjadi ruang wisata, olahraga, dan pusat UMKM.
Folder adalah fasilitas publik yang dibangun dengan dana publik. Maka manfaatnya pun harus kembali kepada publik, bukan kepada satu kelompok, bukan kepada jaringan tertentu, bukan kepada pihak yang memiliki akses lebih dekat ke kekuasaan.
Jika folder berubah menjadi kawasan usaha yang didominasi kelompok tertentu, maka seluruh gagasan pemberdayaan UMKM runtuh seketika.
Kota Bekasi memiliki ribuan pelaku UMKM yang bekerja keras mempertahankan hidup. Mereka tidak meminta keistimewaan, yang mereka butuhkan hanyalah kesempatan yang adil. Dan folder bisa menjadi ruang kesempatan itu asal dikelola dengan visi yang benar.
Folder Harus Jadi Ruang Ekonomi Bersama, Bukan Ruang Eksklusif
Ketika folder dibuka sebagai kawasan wisata dan UMKM, maka prinsip pertama yang wajib dijaga adalah anti monopoli. Ruang publik tidak boleh jatuh ke tangan segelintir pelaku usaha sehingga menghilangkan peluang bagi UMKM lainnya.
Pengaturan lapak, rotasi pelaku, dan sistem kurasi harus dilakukan secara transparan dan berbasis kualitas, bukan kedekatan.
Folder harus mencerminkan semangat kolaborasi, bukan kompetisi tidak sehat. UMKM besar maupun UMKM pemula harus memiliki kesempatan yang sama untuk tampil. Jika ruang hanya diberikan kepada mereka yang “punya akses”, maka folder tidak lagi menjadi ruang publik melainkan ruang komersial milik sekelompok orang.
Dan ketika itu terjadi, kepercayaan masyarakat pada pembangunan akan hilang.
Mengapa Folder Penting Bagi UMKM Kota Bekasi
UMKM Kota Bekasi membutuhkan ruang agar bisa terlihat, dipercaya, dan dipilih masyarakat. Produk mereka kuat, kreatif, dan beragam, tetapi tanpa ruang publik yang strategis, UMKM hanya menjadi angka statistik.
Folder menawarkan tiga keunggulan yang tidak dimiliki ruang lain:
1. Ruang interaksi langsung dengan masyarakat. UMKM bisa memperkenalkan produk tanpa biaya sewa mahal.
2. Wisata murah yang mendorong perputaran ekonomi lokal. Kegiatan warga di folder otomatis menghidupkan UMKM.
3. Identitas kota yang bisa dibangun dari bawah. Kota Bekasi bisa menampilkan wajah ekonomi rakyatnya, bukan ekonomi korporasi.
Jika dikelola dengan benar, folder dapat menjadi jantung ekonomi rakyat.
Risiko yang Harus Diantisipasi Sejak Awal
Pengembangan folder tanpa kajian akan memunculkan persoalan baru. Tiga risiko utama harus diperhatikan:
1. Risiko Monopoli Usaha
Jika tidak ada sistem seleksi yang jelas, folder bisa dikuasai satu kelompok.
Mitigasi: regulasi ketat anti-monopoli, rotasi UMKM secara berkala, dan seleksi transparan.
2. Risiko Keamanan dan Ketertiban
Folder yang ramai tanpa pengelolaan dapat menimbulkan gangguan keamanan. Mitigasi: penerangan maksimal, CCTV, patroli lingkungan, serta penataan ruang yang tidak meninggalkan titik gelap.
3. Risiko Dampak Lingkungan dan Sosial
Kawasan yang tidak ditata dapat menimbulkan sampah, kemacetan, dan keluhan warga.
Mitigasi: SOP kebersihan, area parkir resmi, dan zona aktivitas yang tidak mengganggu fungsi utama folder sebagai penampung air.
Risiko bukan alasan untuk berhenti, tetapi dasar untuk bergerak dengan lebih hati-hati.
Pembangunan yang Menguatkan Masyarakat
Jika folder dikelola sebagai ruang publik yang adil, Kota Bekasi dapat membangun wajah baru: kota yang menempatkan UMKM bukan sebagai pelengkap pembangunan, tetapi sebagai pusat penggeraknya. Visi ini hanya bisa tercapai jika pemerintah berani memastikan bahwa tidak ada satu pun kelompok yang boleh mendominasi ruang publik.
Folder harus menjadi perwujudan pembangunan yang berpihak pada masyarakat, bukan pada kedekatan politik.
UMKM harus menjadi wajah folder, bukan korban dari sistem pengelolaan yang tidak transparan.
Akan Berhasil Jika Adil
Folder dapat menjadi kebanggaan Kota Bekasi. Tetapi keberhasilan itu bergantung pada satu hal: keadilan dalam pengelolaan.
Jika folder menjadi ruang untuk semua, UMKM akan tumbuh. Ekonomi lokal bergerak. Wisata baru tercipta. Identitas kota menguat.
Namun jika folder jatuh ke tangan segelintir orang, maka tujuan pemberdayaan UMKM hilang dan folder hanya menjadi proyek tanpa ruh.
Folder adalah ruang kita bersama. Dan ruang bersama harus menghidupi semua, bukan hanya sebagian.
