Qudwah Indonesia menggelar Collaboration Summit 2.0, forum strategis yang mempertemukan lembaga kemanusiaan, mitra, dan pemangku kepentingan untuk memperkuat jejaring kolaborasi lintas sektor.
Acara yang digelar pada Rabu, 22 Oktober 2025, di Grand Ballroom, Four Points by Sheraton Bekasi, ini mengusung tema “Collaborative Strengthening: Accelerate Institutions, Expanding Impact for Humanity and the Ummah.”
Presiden Direktur Qudwah Indonesia, Lukman Hakim menegaskan, bahwa kolaborasi menjadi kunci bagi lembaga kemanusiaan agar mampu tumbuh berkelanjutan dan memberi dampak nyata di tengah tantangan global.
“Melalui Collaboration Summit 2.0, kita ingin meneguhkan kembali semangat penguatan kelembagaan, pengembangan program, dan penghimpunan kolaboratif. Kolaborasi adalah kunci agar setiap lembaga dapat tumbuh berkelanjutan dan memberi manfaat yang lebih luas bagi umat dan kemanusiaan,” ujar Lukman dikutip pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Momentum ini sekaligus menjadi refleksi delapan tahun kiprah Qudwah Indonesia dalam menggerakkan kerja kemanusiaan di berbagai wilayah, serta memperluas dampak program di tingkat nasional dan internasional.
Forum ini dihadiri oleh berbagai tokoh dan perwakilan lembaga kemanusiaan seperti CEO Rumah Zakat, CEO Laznas Dewan Dakwah, CEO Laznas Yakesma, Presiden Laznas LMI, Ketua MUI Bidang Luar Negeri, Wali Kota Bekasi, Ketua MUI Kota Bekasi, serta aktivis kemanusiaan Abdillah Onim. Hadir pula perwakilan lembaga internasional dari Turki, Yaman, Palestina, dan Malaysia.
Melalui kegiatan ini, Qudwah Indonesia menegaskan komitmennya sebagai penggerak sinergi kemanusiaan lintas lembaga. Sejumlah agenda utama turut digelar, di antaranya Public Expose 8 Tahun Qudwah Indonesia & Program Expose 2026, serta The Collaborative Synergy Award 2025, ajang penghargaan bagi tokoh, donatur, dan mitra yang berkontribusi dalam memperkuat kolaborasi kemanusiaan.
Selain memperluas jejaring, forum ini juga menjadi ruang berbagi strategi dan sosialisasi program kemanusiaan Qudwah Indonesia Tahun 2026, termasuk membahas arah baru gerakan filantropi di tengah tantangan kemanusiaan global yang terus berubah.
Lukman menjelaskan bahwa Qudwah Indonesia terus menjalankan aksi nyata di berbagai wilayah krisis, salah satunya Palestina. Dalam dua tahun terakhir, tim Qudwah tercatat menyalurkan bantuan dua hingga tiga kali setiap tahun meliputi paket makanan, obat-obatan, air bersih, hingga kebutuhan bayi dan perempuan.
“Meski sudah ada gencatan senjata, akses penyaluran bantuan di Palestina masih mengalami banyak kendala. Tim kami harus melalui jalur distribusi yang terbatas dan tidak selalu aman. Namun, kami tetap berupaya agar bantuan bisa sampai, walau sedikit yang penting memperpanjang hidup,” jelasnya.
Qudwah Indonesia menegaskan bahwa perjuangan kemanusiaan bukan sekadar respons terhadap krisis, melainkan aksi berkelanjutan yang lahir dari kolaborasi, kepercayaan, dan semangat berbagi lintas batas.
“Kami ingin kolaborasi yang tidak standar tetapi terus menguat. Karena hanya dengan sinergi, kebaikan bisa menjangkau lebih luas, dari Bekasi hingga Palestina,” tambah Lukman.