Wali Kota Bekasi Tri Adhianto bakal menerapkan pendidikan karakter untuk pelajar bermasalah, seperti yang dilaksanakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Dua lokasi pendidikan militer bagi pelajar nakal di Kota Bekasi pun sudah disiapkan. Yakni Batalion Infanteri Mekanis 202 Tajimalela dan Batalion Armed 7/155 di Bantargebang.
Pendidikan karakter di barak militer bagi pelajar bermasalah ini langsung mendapat respon positif dari anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi Golkar Solidaritas, Dariyanto. Menurutnya, pendidikan di barak mikiter ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki karakter para pelajar yang dianggap nakal atau bermasalah.
“Saya pernah merasakan tinggal di barak saat Lemhanas. Itu memang sangat bermanfaat bagi yang mengikuti program ini terkait pembentukan karakter, kemandirian, dan membangun kerjasama tim atau team work serta membangun sikap kejujuran,” ungkap Dariyanto dikutip pada Kamis, 08 Mei 2025.
Dariyanto mengaku dirinya lebih setuju jika pelajar nakal diberikan pendidikan karakter di barak militer ketimbang proses hukum atau dikembalikan ke orangtuanya masing-masing.
“Kalau masuk jalur hukum, si anak yang bersangkutan ini akan bergaul dengan kalangan Napi yang lain, bisa jadi si anak tersebut akan banyak belajar tentang kejahatan dari Napi yang lain, saya khawatir anak tersebut akan ketularan dan saat keluar penjara makin berani mencoba melakukan kejahatan,” paparnya.
“Jika dikembalikan ke orangtua, nah orangtuanya ini sanggup atau tidak mendidik anaknya saat tinggal di rumah? Kenyataannya, kenapa orangtua setuju dan ikhlas anaknya dikirim ke barak militer, ya karena mereka sudah tidak sanggup lagi menghadapi kenakalan anaknya,” imbuh Dariyanto.
Dariyanto optimistis adanya perubahan yang lebih baik bagi pelajar setelah mengikuti pendidikan karakter di barak militer. “Sebenarnya pendidikan ini jangan hanya diikuti oleh pelajar bermasalah saja, sebagai bentuk sinkronisasi dunia pendidikan, itu guru-guru pendidiknya juga perlu diberikan pendidikan ini di barak militer, untuk pembentukan karakter yang sama,” ulasnya.
Dariyanto berharap pendidikan karakter seperti ini menjadi agenda tetap yang bisa dijadwalkan oleh pihak sekolah.
“Bisa dilaksanakan saat liburan sekolah dan tidak hanya diikuti pelajar nakal atau bermasalah, tapi juga diikuti oleh seluruh pelajar bersama guru-guru pembimbingnya,” pungkasnya.