Dodol cina menjadi menu lumrah yang biasanya disuguhkan di meja tamu rumah sebagai makanan ringan ketika ada sanak saudara yang berkunjung. Di Kabupaten Bekasi, dodol cina asli di produksi oleh Ester (54) sekeluarga yang sudah turun temurun sejak tahun 1993 dari mertuanya.
Selama puluhan tahun, produksi dodol cina rumahan ini menggunakan cara tradisional, yakni dimasak dengan menggunakan kayu bakar di Kampung Kebon Kelapa, RT03 RW09 Desa Karangasih Cikarang Utara.
“Rata-rata orang masih ingin yang masih tradisional, karna dari bahan dan pembakarannya dari kayu jadi wangi,” kata Ester, Selasa, 21 Januari 2025,
Sama seperti produksi dodol pada umumnya, proses pembuatan dodol cina ini dimulai dari membersihkan bahan baku. Kemudian tepung beras digiling dan diadonin bersama cairan gula yang sudah dimasak. Tahap selanjutnya masuk ke proses percetakan dodol dan diakhiri dengan dikukus. Ditahun 2025 ini, Ester harus menghadapi kenaikan harga bahan baku dodol.
“Ya gula tepung sama beras ketan. Bahan bakunya cuma itu. Harganya semuanya naik. Terpaksa harga jual juga dinaikin. Pembeli kadang-kadang yang ngerti, ada juga yang nawar,” sambung Ester.
Pada hari raya Imlek yang jatuh pada 29 Januari mendatang, Ester memprediksi akan terdapat permintaan pesanan dodol cina seminggu sebelum hari raya. Karena mempertahankan cara tradisional, Ester memiliki pelanggan tetap, baik yang berasal dari Bekasi, Cikarang, Karawang, Bandung hingga Pamanukan. Biasanya, Ester hanya memperkerjakan 10 karyawan, khusus untuk perayaan Imlek tahun ini, ia menambah menjadi 12 karyawan.
“Karyawan ada yang dari warga sekitar ada yang dari Pebayuran. Kalau yang dari Pebayuran turun temurun dari mertua awalnya. Harga dodol disini Rp32 ribu perkilogram. Kalau yang dodol sususan juga dihitung perkilo tapi harganya beda Rp34 ribu perkilonya. Tahun ini belum dihitung berapa sudah habis bahan bakunya,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ester belum dapat memprediksi ada tidaknya peningkatan pendapatan. Ia yakin, dengan mempertahankan cara tradisional ini, dodol buatannya yang bermerk Cahaya Hidup akan terus ada di meja-meja makan sebagai sajian khas hari raya Imlek.
“Harapannya sih pengennya maju dan jalan terus walaupun masih dengan cara tradisional,” tutupnya.