BEKASI SELATAN- Peristiwa tewasnya tiga orang pelajar dalam tawuran yang terjadi dua titik, tepatnya di Jatiasih dan Rawapanjang pada Sabtu, (11/03) kemarin mendapat perhatian khusus dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bekasi.
Untuk diketahui, tiga orang pelajar yang tewas tersebut bernama Edi Gilang dan Abigail, siswa SMK Bina Insan Kamil yang tewas di Jatiasih dan Oliver Vito, siswa SMP 41 Mustika Jaya yang meregang nyawa di bilangan Rawalumbu.
Ketua KPAID Kota Bekasi, M Syaroni menyatakan bahwa peristiwa tawuran yang marak terjadi dan merenggut nyawa tersebut dikarenakan kesalahan sistem pembelajaran dan pendidikan yang terjadi di sekolah dan rumah.
“Peristiwa ini menjadi perhatian kita semua, kami prihatin dan masyarakat harus bisa mengontrol perilaku anak-anak di sekolah maupun di rumah,” katanya kepada B’Guide.com pada Senin (13/03).
“Hampir dipastikan ada proses pembelajaran dan penanganan yang keliru di sekolah maupun di rumah,” ungkap pria yang akrab disapa Syaroni.
Syaroni juga menambahkan, dalam waktu dekat, KPAID Kota Bekasi akan melakukan sosialisasi dan evaluasi sistem pendidikan yang ada di Kota Bekasi akibat merebaknya tawuran yang hari setiap minggu pecah di wilayah Kota Bekasi.
“KPAID akan turun ke sekolah dan mendeklarasikan Anti Kekerasan ke sekolah-sekolah, hal ini sudah urgent untuk kami, selain itu kami akan memberi masukkan kepada Pemerintah Kota untuk evaluasi lebih lanjut sistem pendidikan di Kota Bekasi,” ujarnya.
“Sudah kami arahkan Komisioner bidang Pendidikan dan Satuan Tugas untuk menangani kasus ini,” tandas Syaroni. (BG)