Seekor lumba-lumba tersangkut diantara deretan bambu-bambu yang terpasang tertata dalam proyek alur laut pembangunan pelabuhan di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu (22/1). Berdasarkan keterangan nelayan setempat, lumba-lumba itu hanyut sejak kemarin.
“Itu ikan lumba-lumba biasanya kalau kesangkut itu biasanya tertabrak kapal, kena jaring, biasanya,” ucap Markum (45) nelayan yang telah beralih profesi menjadi pemandu wisata di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paljaya, Kamis, 23 Januari 2025.
Berdasarkan pantauan dilokasi, lumba-lumba yang telah mati itu memiliki panjang kurang lebih satu meter. Kondisi mamalia itu juga telah hangus karena terdampak sinar matahari. Kejadian ini, lanjut Markum merupakan pertama kali terjadi di perairan laut Tarumajaya.
“Dari darat kurang lebih 2 kilometer . Itu kan dari tengah, minggir, hanyut terbawa arus,” sambungnya.
Sejak masih menjadi nelayan, Markum kerap menemukan lumba-lumba sejenis ditengah laut yang berjarak lima kilometer dari darat. Biasanya, ikan lumba-lumba itu bersama kawanan ketika berada ditengah laut. Kendati demikian, Markum memastikan bahwa ikan lumba-lumba itu hanyut terbawa hingga ke proyek alur laut, bukan mati karena menabrak bambu-bambu yang menjadi pagar laut.
“Biasanya itu di tengah adanya. Baru ini kalau lumba-lumba mati. itu kesangkut bambu setelah mati, hanyut,” ucapnya.
Sementara, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bekasi, Iman Santoso mengungkapkan bahwa meski kewenangannya hanya ada di pesisir laut, Ia telah mewanti-wanti pembangunan pelabuhan harus memperhatikan beberapa hal seperti pemberdayaan nelayan, pemanfaatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pelestarian ekologi.
“Kalau kami intinya pada setiap kegiatan apapun yang perlu kami pertimbangkan faktor ekologinya. Itu yg perlu kami ingatkan ke forum. Selain pemberdayaan nelayan, dan juga pemanfaatan TPI,” tutup Iman.