Bahaya paham radikalisme hingga intoleransi yang bisa masuk ke dalam pola pikir serta pemahaman generasi muda, khususnya di kalangan pelajar, harus segera dicegah sedini mungkin, agar tidak menimbulkan pemahaman yang salah.
Terkait hal tersebut, Dinas Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kesbangpol) Kota Bekasi, mengadakan road show kepada guru di tingkat SMA dalam rangka sinergitas peran guru dengan pemerintah untuk menjaga dan merawat suasana aman damai dan harmonis dengan menjunjung toleransi dan kebhinekaan, di SMAN 6 Kota Bekasi.
Salah seorang nara sumber, UR (bukan nama sebenarnya) mengatakan, saat ini narasi tentang intoleransi, radikalisme dan terorisme mulai berkembang di kalangan pelajar.
“Untuk itu, melalui kegiatan ini, bisa menjadi filter bagi mereka agar mereka memiliki imun dan tidak terpapar paham radikalisme, intoleransi serta terorisme,” ujar UR, Selasa (20/6/2023).
Ia juga mengamati bahwa paham tersebut sudah mulai masuk ke kalangan pelajar di tingkat SMP, SMA maupun SMK.
“Dari pemantauan yang dilakukan, paham-paham ini mulai memasuki pola pikir pelajar, dan hal ini harus dicegah,” tegasnya.
Terpisah, Kepala SMAN 6 Kota Bekasi, Waluyo menuturkan, pihaknya mengucapkan apresiasi dan trimakasih kepada Kesbangpol Kota Bekasi atas kegiatan sosialisasi tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan Kesbangpol ini. Jadi, pelajar atau generasi muda bisa memiliki benteng serta ilmu pengetahuan yang diberikan melalui guru terkait pencerahan radikalisme dan intoleransi dan sebagainya,” tekannya.
Ia pun menekankan, melalui sosialisasi yang dilakukan terhadap para guru yang dilaksanakan di SMAN 6 Kota Bekasi yang mencakup wilayah Bekasi Selatan, Jatiasih dan Bantargebang, diharapkan peranan guru dalam menyampaikan pemahaman tersebut kepada para siswanya bisa dijalankan dengan baik.
“Melalui sosialisasi ini, diharapkan guru bisa menjelaskan kepada para siswanya agar tidak terjebak kepada hal-hal yang destruktif,” paparnya.
Ia juga menyoroti bahwa kemajuan teknologi dengan gadgetnya, teknologi yang sudah berkembang serta informasi yang sudah terbuka, ada potensi penerimaan informasi yang bisa jadi kurang bijak bagi siswa.
“Dan disini peranan guru sebagai penyaring atau tempat konsultasi sangat diperlukan keberadaannya sebagai filter dan membangun benteng diri melalui pola pikir yang bisa diterima oleh siswanya,” tegasnya. (RI)