DISABILITAS sering membuat banyak orang terkagum. Meski dalam keterbatasan, tetapi mereka ‘nrimo’, bahkan beda. Terkait semangat, kepercayaan diri dan bahkan dalam prestasi.
Seperti kami saksikan saat diundang menghadiri Pelatihan MC bagi penyandang disabilitas di Hotel Green, Bekasi, Sabtu (9/4/2022). Pelatihan dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Indonesia (LPTKPDI). Sebanyak 30 orang ikut dalam acara ini.
Seluruh peserta menjalani tes antigen lebih dulu sebelum masuk ruangan “Mereka berasal dari disabilitas fisik dan netra sensorik,” kata Siswadi, Pembina Yayasan Lembaga Pemberdayaan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Indonesia.
Apresiasi dan salut, bahkan haru, disampaikan nara sumber. Mereka tidak menyangka jika pelatihan itu untuk kaum disabilitas. Saya kemudian speachless di acara ‘belajar ngomong’ ini.
Seperti disampaikan nara sumber yang juga ‘MC’ Profesional, Nurul Huda, MPd. “Bener, saya sampai nangis karena terharu,” katanya. Emosi seperti ini bahkan masih terasa saat awal menyampaikan materi.
Hal sama disampaikan Ira Dyahloka Mandayani, motivator yang menjadi pembicara kedua. “Mereka sudah memiliki kekuatan yang lebih. Luar biasa semangat ini,” katanya.
Semangat itu memang sangat terasa. Para peserta demikian antusias. Mereka yang berasal dari tempat yang jauh, ada yang dari Depok atau Palmerah, namun sudah datang sejak awal. Meski hanya dengan bermotor. Kekurangan itu tak menyurutkan langkah untuk bisa menimba ilmu per-MC-an lebih baik.
“Saya sudah beberapa kali menjadi MC. Ini kesempatan baik bagi saya,” kata Akbar, menyandang disabilitas fisik kaki.
Suasana pelatihan juga menjadi ‘spesial’. Pemateri tampaknya harus ekstra faham karena peserta ada keterbatasan. Seperti saat diminta peserta menambah jaga jarak, yang kemudian butuh waktu menggeser tempat duduk. Atau ketika menyampaikan materi dengan kalimat ‘begini’ atau ‘begitu’ sambil memperagakan badan.
“Lha saya bagaimana dong. Khan nggak kelihatan” kata Bang Zul, peserta disabilitas netra, saat berlangsung materi. Protes ini serta merta menjadi canda peserta lain.
Tapi suasana demikian cair. Mereka sangat bersemangat. Sesekali tertawa lepas, lalu melontarkan candaan sesama peserta.
Seorang MC, kata pemateri, harus bisa menguasai audience. Saat mempraktekkan hal ini pun mereka sangat ceria. Dua peserta diminta berhadapan lalu membicarakan satu materi dengan melihat lawan bicara. Begitu peserta netra, “ya sudah berhadapan saja, dan ceritakan satu materi dengan lantang.”
Siswadi, mengatakan sangat perlu dilakukan upaya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas sesuai Undang – undang No. 8 Tahun 2016. “Mereka bisa bekerja di bidang boardcast misalnya. Kenapa tidak,” kata H Siswadi, yang juga menjadi pembina pada beberapa organisasi sosial penyandang disabilitas Indonesia.
Senada disampaikan Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Republik Indosia, DR. Dante Rikmalia yang akan terus memperjuangkan hak mereka. Dante yang mengalami disabilitas pendengaran dan motorik ini sempat menyampaikan pengalaman saat proses masuk dalam KND.
baca juga : https://bekasiguide.com/2022/04/09/pelatihan-mc-bagi-penyandang-disabilitas/
“Saya pernah sudah menulis naskah penting yang berulang-ulang. Namun saat mau ‘enter’ mengirim, saya malah menghilangkan naskah. Lemes, saya,” katanya.
Ada juga saat mengikuti ujian, ketika harus mencentang jawaban ‘B’. Tetapi kemudian yang terpilih malah ‘C’.
Kegiatan ini juga menjadi perhatian besar bagi mereka agar bisa menjadikan MC sebagai diversifikasi provesi. Profesi ini demikian terbuka. “Dalam beberapa tahun, dalam acara Peringatan Hari Disabilitas Nasional, dalam acara di Istana Negera menggunakan ‘MC’ bukan dari disabilitas. Maka, tahun ini kami ingin kalian yang bisa menjadi MC nya,” kata Siswadi.
Acara kemudian berakhir dengan suasana buka puasa bersama. Sungguh, sebuah ini menjadi pengalaman akan semangat dalam hidup. Bravo disabilitas. (chotim)