OPINI- Mungkin sebagian besar masyarakat masih melihat anggota DPRD sebatas memainkan peran anggaran, pengawasan, dan legislasi. Sesungguhnya tidak saja itu. Eksekutif dan legislastif akan berjalan berbarengan. Berbarengan untuk mendengar masyarakat. Berjalan berbarengan untuk menganalisa rasionalisasi ide-ide pembangunan dari warga. Anggota DPRD wajib mendorong wacana pembangunan yang memberikan multi efek ke seluruh sektor dan mengawasi implementasinya. Dan eksekutif adalah pelaksananya.
Sayangnya selama ini, wacana pembangunan dari elemen DPRD sering kali bermuara pada hal-hal kecil. Pada rutinitas anggaran tahunan yang tidak memberikan multi efek pada sektor lainnya. Siapapun bisa membaca agenda tersebut dari usulan-usulan program yang dibahas dalam musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) mulai dari kelurahan, kecamatan, hingga sampai di skala kota di gedung dewan. Bila mengutip sebuah teori di banyak praktik kepemimpinan, muncul kemudian istilah ‘bussiness like usual’ dimana bermakna ‘seperti itu-itu saja. Wacana pembangunan melalui Musrenbang belum banyak yang berubah.
Lalu ketika saya menasbihkan diri akan maju dalam kontestasi politik pada 2019 ini, mau tidak mau saya menuntut diri untuk berpikir lebih liar, global, dan berani. Saya mencoba berpikir lebih keras terkait gagasan apa yang akan saya tawarkan kepada masyarakat, khususnya warga Bekasi Timur dan Bekasi Selatan. Saya mencoba membedah potensi-potensi yang dimiliki oleh Bekasi Timur dan Bekasi Selatan yang memiliki plus value (nilai lebih) untuk digarap sebagai program pembangunan lokal namun berskala nasional dan internasional.
Dari sekian banyak observasi dan kunjungan, pada suatu titik saya melihat terdapat lintasan segitiga emas yang memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai program pembangunan Bekasi berskala nasional dan internasional. Segitiga Emas itu meliputi ruas jalan RA Kartini-Mayor Oking-Juanda di Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur.
Apa kelebihannya? Secara tidak langsung, masyarakat di tiga ruas ini telah membangun kawasan budaya multikultur. Dimana di daerah tersebut para penduduk yang menetap disana berasal dari berbagai suku dan budaya. Suku Betawi tentu saja adalah salah satu segmen warga penting disana. Diikuti oleh Sunda, Jawa, Arab, Tionghoa, Batak, Aceh, Melayu, dan beberapa warga minoritas lainnya. Mengelola aset multikultur ini jelas akan memberikan multi dampak yang sangat ekonomis.
Lalu program apa yang saya maksudkan? Ya, Bekasi sebagai tujuan wisata. Itu adalah salah satu program besar yang perlu didorong bersama ke gedung dewan sebagai salah satu usulan program dari legislatif ke eksekutif. Program ini juga sejalan dengan rencana pemerintah Kota Bekasi melalui Rahmat Effendi-Tri Adhianto untuk mengembangkan program pariwisata. Kita tau bersama bahwa Kota Bekasi tidak memiliki landscape yang megah dan sangat bersejarah untuk memantik keinginan wisatawan. Kota Bekasi juga tidak didukung oleh kekayaan sumber wisata alam yang bisa dijadikan sebagai referensi liburan. Maka, membangun situs pariwisata menjadi urgensi untuk mendukung pengembangan ekonomi warga.
Memang tidak mudah dan takkan juga praktis. Membangun situs pariwisata membutuhkan support mulai dari pemerintah kota, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dukungan swasta, hingga personalia masyarakat. Namun membayangkan segitiga emas kota bekasi dalam wujud Bekasi Chinatown, Bekasi Arabtown, Bekasi Betawitown, Javatown, dan sebagainya adalah sesuatu yang menjanjikan.
Konon lagi di daerah ini, manifesto sektor kuliner sudah terbangun, walaupun belum tertata dengan baik. Kelenteng Hok Lay Kiong, salah satu rumah ibadah umat Konghucu yang diperkirakan telah berumur 300 tahun lebih juga menjadi salah satu daya tarik. Belum lagi keistimewaan warga Bekasi keturunan Arab di Kartini, dimana setiap tahun mereka selalu saja menggelar even-even hari besar Islam secara besar-besaran.
Yang tak kalah penting adalah aset lintasan Sungai Kali Bekasi yang membelah Bekasi Timur dan Bekasi Selatan antara Margajaya dan Margahayu. Membayangkan lintasan sungai tersebut dengan hunian warga di mulai dari RA Kartini hingga Mayor Oking, saya justru sedang melihat potret Kampung Warna-warni Jodipan, Malang. Ya, hunian di sepanjang ruas jalan RA Kartini-Mayor Oking hingga ke batasan bantaran Kali Bekasi perlu dipermak. Yang tidak layak, diberikan bantuan rehabilitasi. Lingkungan warga dibersihkan. Tidak boleh ada sampah. Saluran pembuangan air juga demikian. Tumbuhan ditanami kembali. Yang minim lahan, wajib disediakan pot tumbuhan untuk keasriannya. Rumah-rumah dicat dengan berbagai warna. Turis akan kesini untuk berswafoto. Bisa juga menginap di rumah-rumah warga sebagai homestay yang murah. Sembari mencicipi aneka makanan nusantara.
Coba bayangkan bila manifesto yang sudah ada tersebut direspon oleh pemerintah dengan menatanya kembali. Memperbaiki dan membangun infrastruktur yang baru. Mengatur kalender even tahunan secara sistemik. Membangun karakter pariwisata. Melakukan rebranding dan promosi. Menjadikan Bekasi sebagai salah satu situs The New Bali. Mewujudkan Bekasi sebagai tujuan wisata kota.
Maka, sektor UMKM akan hidup. Bisnis kuliner mulai dari rumah ke rumah, gerobak dan kaki lima, hingga ruko pun makin menjanjikan. Sektor kerajinan dan fashion pun akan mendapatkan pengaruh juga. Bisnis penginapan murah (homestay) juga akan kebagian porsi. Bagian hiburan untuk anak-anak dan keluarga juga tak tertinggal. Ada banyak potensi bisnis UMKM lainnya yang bisa terpicu dari program ini. Bahkan dampaknya tidak saja bagi Bekasi Timur dan Bekasi Selatan. Program ini akan memberikan dampak luas untuk kota Bekasi. Segitiga emas kota Bekasi akan seperti Kota Manhattan di New York, Amerika Serikat. Kota Wisata, di tengah kota.
Tentu kita sering mendengar, banyak orang mampu mengubah sampah menjadi uang. Namun hanya sedikit orang yang mampu mengubah sampah menjadi uang. Sekarang semua keputusan ada di tangan kita. Maukah kita mengambil peran atau tidak. Saya sendirinya tentunya sangat berkomitmen. Bilamana diberikan kesempatan oleh warga untuk menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Bekasi, wacana pembangunan segitiga emas ini akan saya perjuangkan bersama Partai Nasdem. InsyaAllah!
*(Penulis adalah Ketua DPC Partai NasDem Bekasi Timur. Caleg Partai NasDem di Daerah Pemilihan Bekasi Timur dan Bekasi Selatan)