Ah, kenapa ya harus pakai istilah lansia. bukankah itu terkait usia? yang saya kadang malu kalau ditanya. Tapi, memang sejatinya lansia bukanlah hanya terkait usia. Yang harus disyukuri.
Ini tentang pesantren kilat lansia yang digelar di Masjid Baitul Makmur, Telaga Sakinah, Cikarang, Sabtu (21/10/2023). Sebanyak 33 peserta ikut dalam kegiatan ini. Kegiatan yang saya ikuti,
“Gak terasa, saya sudah masuk golongan lansia,” kata Ahmar satu peserta.
Tadinya, perasaan masih muda saja. Masih gesit saja. Deretan angka usia tak bisa dipungkiri sudah masuk kelompok lansia. “Harus dipaksakan sadar bahwa sudah lansia sehingga harus bersiap-siap menjemput husnul khotimah,” katanya.
Dengan ikut Pesantren Lansia, maka akan mendapat langkah yang benar dalam menyikapinya.
“Harus Sabar, Ikhlas dan Syukur. Disingkat, SIS,” kata H. Siswadi, satu pembicara.
Pembicara lain, DR M. Choirin, menyebut Lansia merupakan sunatullah yang tak bisa ditolak. Fase yang ditandai dengan deretan usia merupakan perjalanan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Dari bayi, remaja, dewasa, dan tua. Menyikapi dengan benar adalah hal lain yang penting.
DR Agus Supriyatna, pembicara lain, mengatakan sisi berbeda dengan menyikapi lansia. Yakni menyikapi hidup dengan tidak ada kebosanan. Harus ada tantangan.
“Cobalah, menghafalkan Alquran. Agar ada tantangan. Teruslah beraktifitas,” katanya.
Salah satu peserta dari Lampung, mengatakan kegiatan pesantren lansia sangat positif. Banyak hal yang bisa diraih, agar sukses menggapai husnul khotimah.
Hidayat Tri, ketua Panitia Kegiatan, mengatakan kegiatan pesantren lansia digelar untuk memberi pendampingan dan pembekalan kepada peserta agar bisa Bersahabat dengan Hari Tua. “Lansia tidak disikapi dengan pasrah, tetapi justru harus selalu aktif demi mencapai keberkahan,” katanya.
Kegiatan digelar oleh Yayasan Sehati Asnaf Indonesia (SAI) berkolaborasi dengan DKM Baitul Makmur. (Chotim)