Peluit tanda berakhirnya pertandingan Arema vs Persebaya ditiup oleh wasit Agus Fauzan Arifin , gemuruh teriakan Aremania menggema.
Entah itu yel-yel support walaupun team kesayangannya kalah pada Derby Jawa Timur (Jatim) atau malah cemooh bahkan sumpah serapah dengan segala tudingan mengarah kepada siapapun yang jadi biang pecahnya rekor tak terkalahkan Arema atas Persebaya selama 23 tahun lebih.
Sesaat kemudian, oknum supporter merangsek masuk kedalam lapangan melampiaskan semuanya, yang ditanggapi dengan halauan persuasif dari anggota keamanan.
Namun gelombang oknum supporter makin banyak ber loncatan dan masuk ke lapangan. Tak ayal anggota keamanan merespon dengan segala bentuk dengan prosedur atau bahkan dilarangnya gas air mata oleh FIFA tak terelakan dimuntahkan kepada para oknum tersebut hingga merembet ke tribun yang otomatis kepanikan terjadi.
Seperti yang kita ketahui akhirnya menembus angka lebih dari seratus orang melayang nyawanya jadi korban kondisi tak menentu tersebut.
Harusnya tidak terjadi hal yang paling tidak kita kehendaki ini, tidak berbanding sepakbola dengan nyawa anak bangsa.
Perlu kiranya evaluasi menyeluruh terkait prosedur penyelenggaraan pertandingan sepakbola bahkan mungkin lebih jauh jadi evaluasi kepada kita semua agar sepakbola nantinya lebih bersahabat dan mengedepankan prinsip-prinsip persaudaraan.
Menjadi hiburan yang mendidik anak bangsa untuk berkompetisi yang sehat serta menjadi gelaran yang bermanfaat banyak bagi kemajuan budaya, ekonomi serta sosial dan pada akhirnya menjadi kebanggaan serta identitas bangsa dimata dunia internasional.
Kejadian tersebut harus jadi pelajaran yang berarti buat kita semua. Walaupun berat hasil apapun didalam lapangan, atau sekeras apapun bersitegang diluar soal fanatisme. Nyawa anak bangsa tidaklah sebanding dengan apapun itu.
Jangankan nyawa, bahkan bogem mentah atau umpatan cacian makian semoga mulai hilang dalam setiap pertandingan ataupun gelaran sepakbola nasional
Kita, seluruh elemen yang cinta sepakbola harus menanamkan spirit fairplay dan jauhkan sepakbola dari bulying bahkan anarkisme dengan dalih fanatisme
Penulis : Komarudin (Anggota DPRD Kota Bekasi) sekaligus Manager Kompetisi Askot PSSI Kota Bekasi.