Meski tetap berjaga-jaga terhadap wabah Covid-19, masyarakat Bekasi demikian semangat menapaki bulan suci Ramadhan. Masjid, surau, perkantoran, perkumpulan-perkumpulan pengajian, dan lainnya, dengan gegap gempita menggelar shalat tarawih, tadarus, dan bahkan kini mulai gencar menggelar tadarus / ngaji online.
Ramadhan adalah bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam. Apa boleh buat, keindahan dan kekhusyukan hari-harinya sangat spesial, karena itu menjadi istimewa. Menjadi istimewa karena Ramadhan menyediakan aneka asupan jiwa yang menjamin para pelakunya mendapatkan kebahagiaan batin.
Maka, jika masyarakat Bekasi seperti melipatgandakan semangatnya untuk berpuasa, shalat tarawih, tahajud, witir, zikir dan sodaqoh, tentu, karena mereka meyakini akan memperoleh kebahagiaan bathin—sebuah kebahagian yang akan sulit didapatkan di bulan-bulan lainnya.
Mereka yang bahagia bathin, tentu adalah mereka yang menyikapi hidup dengan bijak. Dan memang karena hidup itu harus dijalani dan disikapi dengan kesadaran bahwa manusia harus selalu menyadari perannya yang telah ditakdirkan untuk hidup di dunia ini.
Seperti diketahui, manusia tercipta sebagai makhluk tri tunggal yang terdiri dari ruh, jiwa dan jasad. Unsur ruh lah yang mampu berkomunikasi dengan Allah SWT yang wujudnya berupa kesadaran akan adanya Ilahi.
baca juga : https://bekasiguide.com/2022/04/07/akal-akalan-yang-gagal/
baca juga : https://bekasiguide.com/2022/04/06/pasal-perkosaan-yang-meradang/
Sedangkan jiwa adalah unsur yang Allah lekatkan pada manusia agar bisa memahami, mengerti eksistensi dirinya sendiri. Fungsi jiwa yaitu akal, berfikir, merenung dan membayangkan. Dalam jiwa juga ada aspek emosi guna merasakan, menghayal, berkehendak, dan menentukan tindak laku.
Ihwal jasad alias tubuh kasar adalah bagian yang Allah lekatkan pada manusia yang sadar akan kehidupan dunia dan bersaksi dengan dunia luar. Tubuh atau jasad mempunyai peranan untuk penerimaan, reaksi dan ekspresi.
Apa mau dikata, kefitrahan manusia menjadi tempat salah, lupa, khilaf, noda, dosa dan pahala. Manusia manapun selagi ia masih manusia tak bisa luput dari pahala dan dosa.
Sebab itu agar akumulasi pahala jauh melampaui tumpukan dosa, maka, tidak usah ragu-ragu untuk berburu pahala selama Ramadhan seraya berharap ampunan dari segala dosa dan nista.
Oleh : Imam Trikarsohadi (Pemimpin Redaksi)