PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) berpartisipasi dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 yang digelar Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Memasuki tahun kedua penyelenggarannya, ajang ini merupakan ajang kolaborasi lintas sektor untuk mendorong transformasi menuju industri yang lebih ramah lingkungan. Demikian rilis yang dilayangkan pada Jumat (22/8/2025).
Gelaran ini dibuka oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita. Dalam sambutannya, Agus menekankan pentingnya sinergi antara strategi pertumbuhan ekonomi dan kebijakan lingkungan.
“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh dipertentangkan dengan upaya penurunan emisi karbon atau gas rumah kaca di sektor industri. Justru sebaliknya, keduanya harus berjalan seiring,” ujarnya.
Agus menambahkan, sektor industri menyumbang sekitar 30 persen dari total emisi CO2 di Indonesia, sehingga langkah menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor ini bukan hanya penting bagi keberlanjutan lingkungan, tetapi juga akan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
Lebih lanjut, Menperin menyampaikan bahwa industri manufaktur nasional kini berada pada titik krusial dalam menghadapi tuntutan global, terutama terkait transisi menuju energi bersih dan pengurangan emisi.
Percepatan transformasi industri hijau dinilai sebagai kebutuhan mendesak agar daya saing nasional tetap terjaga di tengah tren ekonomi hijau dunia.
“Kami selalu menyampaikan bahwa upaya untuk melakukan transformasi industri hijau itu tidak boleh dianggap sebagai cost, tetapi itu sebuah investasi. Oleh karena itu, negara wajib hadir, karena upaya ini sejalan dengan visi Asta Cita Bapak Presiden,” ucap Agus.
Sementara itu Andi Rizaldi Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa AIGIS 2025 mengambil tema ”Driving Industrial Decarbonization Through Green Industry Ecosystem.
“Melalui tema ini, kami berharap AIGIS dapat menjadi platform untuk mendorong peran aktif seluruh stakeholder dalam percepatan pembangunan ekosistem industri hijau nasional,” ujar Andi.
“Kami mengapresiasi seluruh asosiasi industri dan pelaku manufaktur atas komitmen aktif mendukung industri hijau. AIGIS adalah forum bersama yang mendorong inovasi, memperluas penerapan industri hijau, dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan,” tambah Andi.
Partisipasi GRP dalam gelaran AIGIS 2025 tersebut, menjadi bukti komitmen perusahaan dalam mendukung upaya dekarbonisasi industri, memperkuat daya saing produk baja Indonesia, dan berkontribusi pada pencapaian target keberlanjutan nasional yang sejalan dengan standar internasional.
Pada kesempatan tersebut, Ivan Widjaksono, Direktur SCM dan Digital GRP menyampaikan bahwa transisi menuju industri hijau memerlukan sinergi semua pihak. “Kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat adalah kunci dalam mempercepat penerapan prinsip industri hijau. Melalui partisipasi di AIGIS 2025, kami berharap forum ini dapat menghasilkan kebijakan yang jelas dan terukur sehingga seluruh pelaku industri baja dapat bersaing dalam level yang setara,” ujar Ivan dalam keterangan resminya dikutip pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Ivan menambahkan, GRP telah mengambil sejumlah langkah konkret terkait transisi ke industri rendah emisi. GRP, imbuhnya, menjadi salah satu produsen baja pertama di Indonesia yang memperoleh Sertifikasi Standar Industri Hijau dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Logam dan Mesin, Kementerian Perindustrian RI, untuk produk Hot Rolled Coil, Cold Rolled Coil, dan Plate.
”Proses produksi GRP juga telah memenuhi kriteria keberlanjutan baik di pasar internasional maupun domestik, dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi Environmental Product Declaration (EPD) untuk ekspor dan Green Label Indonesia untuk pasar dalam negeri,” jelasnya.
GRP, lanjutnya, menilai penting keberadaan regulasi yang mendorong penerapan industri hijau secara merata di seluruh sektor baja nasional. Dengan adanya payung regulasi yang kuat, Indonesia dapat memastikan bahwa transisi menuju industri rendah emisi berjalan adil, terukur, dan mampu meningkatkan daya saing di pasar global.
Upaya dekarbonisasi memang menjadi agenda penting, dalam AIGIS 2025. Karena di tengah tantangan global, sektor baja masih menyumbang sekitar 7 hingga 8 persen emisi karbon dunia.
Sedangkan di sisi lain, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) untuk mengurangi emisi sebesar 31,89 persen secara mandiri atau 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030, serta mencapai net zero carbon pada 2060 atau lebih cepat.
Terkait dekarbonisasi, Institute for Essential Services Reform (IESR) juga mencatat peran industri hijau. Menurut IESR, investasi di industri hijau berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja signifikan, dengan proyeksi penyerapan hingga 1,7 juta tenaga kerja pada 2045 dan kontribusi sebesar Rp638 triliun terhadap PDB Indonesia pada 2030.
Namun, data Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menunjukkan bahwa penyerapan produk baja berlabel industri hijau di pasar domestik masih rendah, dengan mayoritas produk justru terserap pasar ekspor seperti Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Tiongkok. Karena itu, dibutuhkan payung regulasi yang bersifat kuat dalam merangkul semua pihak terkait.