Peternak di Kabupaten Bekasi kesulitan mencari sapi untuk dijual kembali. Kesulitan itu dikarenakan wabah PMK yang kian menyebar di wilayah penyuplai hewan ternak sapi khususnya seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung.
Budiyono (53) salah satu peternak sapi di Cikarang Timur mengungkapkan rasa takutnya yang ingin mendatangkan sapi dari wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Saat ini di kandang miliknya yakni Githa Farmer hanya terdapat 30 sapi, berjenis sapi Bali, Madura dan Simental atau Limosin.
“Jadi peternak juga agak takut dengan wabah PMK ini. Karna wabah ini memang lebih parah. Nah intinya bahwa semakin sulit lah untuk kita memilih dan memilah sapi yang lebih bagus untuk peternakan gitu, kalau suplainya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Bodiyono di Cikarang Timur, Rabu, 22 Januari 2025.
Menurutnya, dengan kondisi sulitnya mencari sapi yang sehat ini akan mendorong harga daging sapi menjadi mahal karena kebutuhan daging sapi tidak sebanding dengan stok sapi yang ada di Kabupaten Bekasi. Kendati demikian, daging-daging box atau impor kini tengah merajalela.
“Memang banyak daging box, tapi ya rasa dan teksturnya beda dengan daging lokal. Jadi mereka yang ekonomi menengah membeli daging fresh. Nah kalau kondisi seperti ini otomatis harga daging semakin naik,” terangnya.
Akibat wabah PMK yang saat ini tengah menjangkit sapi-sapi di wilayah penyuplai, Budiyono mengakui telah merugi sebesar Rp 2 miliar. Biasanya, sebelum memasuki bulan Ramadan, pembeliannya mulai terlihat meningkat dari paketan iuran ibu-ibu rumah tangga yang memesan sapi dari 60 hingga 70 ekor.
“Bisa sampai 50 persen lebih, karna memang pasar juga sepi sekarang. Kedua pemotong atau jagal-jagal mencampur dengan daging sapi hidup impor dan daging beku impor. Jadi harganya pun daging sapi impor ini sekarang lebih murah, selisihnya bisa sampai Rp 5.000. Dan itu sangat pengaruh harganya. Jadi otomatis lambat laun permintaan pasar juga berubah,” tambah Budi.
Kendati demikian, ditengah merebaknya wabah PMI ini, harga sapi saat ini tengah menurun dari daerah penyuplai. Namun para peternak diakuinya masih enggan membeli. Pemahaman peternak terkait penyakit-penyakit yang kerap menjangkit hewan ternak juga sangat dibutuhkan.
“Harga sapi timbang hidup itu bisa sampai Rp 52 ribu sampai Rp 53 ribu perkilogramnya., belum susut tambah transport, itu bisa sampai Rp 57 ribu perkilogramnya. Harga sapi Jawa Timur dan Jawa Tengah sama,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Dwian Wahyudiharto mengatakan hingga Selasa (21/1) ini terdapat 86 ekor sapi yang sembuh dari PMK, 26 ekor sembuh, 10 ekor dipotong bersyarat dan 3 mati. Penyebaran virus PMK di Kabupaten Bekasi beberapa pekan terakhir ini menjadi perhatian khusus karena dapat mengganggu kebutuhan stok daging untuk masyarakat Kabupaten Bekasi. Kendati demikian, upaya-upaya seperti vaksinasi PMK, sosialisasi juga telah dilakukan ke peternak-peternak yang ada di Kabupaten Bekasi.
“Vaksin yang sudah kami berikan diawal tahun ini kurang lebih 1000 dosis. 500 dosis itu bantuan dari Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) dan yang 500 dosis lagi bantuan dari provinsi,” katanya.
Selain itu, Dwian juga meminta kepada para peternak di Kabupaten Bekasi untuk mewaspadai kondisi cuaca musim penghujan ini. Kelembaban yang tinggi dan sinar matahari yang berkurang akan membuat berbagai macam virus dapat menyerang daya tahan tubuh ternak. Untuk menghindari virus PMK, lanjut Dwian, peternak dapat menjaga kebersihan kandang, kemudian melakukan disinfeksi kadang secara rutin juga melakukan isolasi terhadap hewan-hewan ternak yang baru datang baik dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
“Apabila memang sudah terpapar, langkah awal pertama biasanya kita sarankan untuk disemprotkan dengan yang asam-asam pada mulut. Itu kita semprotkan seperti dengan cairan sitrun atau cuka, supaya dengan kondisi asam jadi virusnya tidak berkembang. Selain itu juga lakukan pengobatan suportif seperti memberi vitamin dan penurun panas,” tutup Dwian.