Salah satu program prioritas Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi, Heri Koswara dan Sholihin adalah pemberdayaan para janda (single parent). Hal itu terungkap saat paslon ini menggelar deklarasi di Alun – alun Kota Bekasi, Minggu 25 Agustus 2024.
Tentu saja hal ini cukup menggelitik dengan sederet pertanyaan yang diantaranya; ada apa dengan para perempuan di Kota Bekasi? Serapuh apa daya tahan keluarga di Kota Bekasi? Dan seberapa banyak yang mengalami persoalan ini?.
Setelah dilakukan penelusuran literasi, ternyata Paslon Bang Heri dan Bang Sholihin ini terbilang membumi dalam mengamati persoalan warga Kota Bekasi, karena sesuai data Pengadilan Negeri Agama Kota Bekasi, angka perceraian untuk Kota Bekasi sepanjang 2022 sejumlah 4.887 kasus. Terdiri atas cerai talak (oleh suami) sejumlah 1.305, cerai gugat (oleh istri) sejumlah 3.582 perkara.
Hal yang sama terjadi sepanjang Tahun 2023, tercatat sebanyak 4.093 pengajuan perkara cerai. Dari ribuan perkara tersebut, pengajuan cerai didominasi oleh pihak istri. Tak kurang dari 3.033 istri mengajukan cerai gugat karena perselisihan dan kondisi ekonomi.
Data tersebut tentu mengindikasikan persoalan yang amat serius, dan diperlukan keberpihakan pemerintah daerah secara sungguh-sungguh agar tidak menimbulkan dampak buruk sosial yang lebih meluas. Sampai disini saya salut dengan apa yang akan dikerjakan Paslon Bang Heri dan Bang Sholihin.
Apa sebab? jawabnya, dari data yang ada, penyebab utama perceraian di Kota Bekasi adalah persoalan ekonomi. Ini menunjukkan bahwa ada puluhan ribu keluarga yang berubah menjadi bentuk conjugal, yaitu keluarga menjadi semakin mandiri melakukan peran-perannya, terlepas dari hubungan kerabat-kerabat luas baik dari pihak suami maupun pihak istri . Sehingga berpengaruh pula pada fungsi ekonomi keluarga yang semakin menuntut pada standar kesejahteraan ekonomi yang semakin meningkat.
Tolak ukur keluarga dapat dikatakan sejahtera yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kebutuhan primernya yaitu sandang, pangan serta papan. Cara untuk mencapai kesejahteraan tersebut, tidak hanya peran suami yang bekerja untuk menghidupi kebutuhan keluarga, akan tetapi peran istri di dalam keluarga juga ikut berubah selain menjadi ibu atau mengurus urusan domestik, saat ini juga ikut dalam membantu mencari nafkah.
Selain berperan untuk membantu perekonomian keluarga, ada pula perempuan yang bekerja dengan status sebagai kepala keluarga dikarenakan beberapa sebab seperti; perceraian, ditinggal mati oleh suami, suami menghilang (kabur) tanpa memberikan kabar atau pesan, perempuan yang suaminya khilaf berkali- kali dan bercabang-cabang, atau bisa saja bagi perempuan yang belum menikah akan tetapi harus mengambil alih peran sebagai kepala keluarga karena kondisi orang tua yang tidak dapat bekerja.
Apa boleh buat, fenomena single parent saat ini dapat dikatakan semakin meningkat di Kota Bekasi. Bagi mereka, sungguh terjal dan pengap melampaui kehidupan sehari – hari, karena harus bekerja keras mencari nafkah serta menjadi kepala keluarga menggantikan peran suami agar kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi serta dapat meningkatkan perekonomian keluarga, terutama untuk membiayai kehidupan keluarga, khususnya anak-anak mereka.
Kepedihan yang lebih krusial tentu dihadapi para single parent yang berada pada kelas menengah kebawah yang minim akan keterampilan serta memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Mereka akan sangat sulit mencari pekerjaan. Dampaknya kemudian, tak sedikit yang terjerembab dalam lembah patologi sosial.
Dengan demikian, diperlukan suatu kegiatan pendampingan bagi para perempuan single parent untuk memaksimalkan potensi mereka maupun keterampilan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian keluarga. Salah satu cara pendampingan yang dapat dilakukan yaitu dengan kegiatan pemberdayaan para single parent.
Sebab itu, mengingat fakta adanya puluhan ribu single parent di Kota Bekasi, maka program yang akan direalisasikan Paslon Bang Heri Koswara dan Bang Sholihin, patut diapresiasi dan didukung sepenuhnya, sehingga para single parent mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Program pemberdayaan single parent tidak hanya merujuk pada individu atau kelompok yang sama sekali belum memiliki kemampuan, sebab pemberdayaan juga dapat menyasar pada individu atau kelompok yang memiliki potensi akan tetapi belum memaksimalkan potensi itu.
Ringkasnya, program yang dalam bahasa lugasnya disebut sebagai program pemberdayaan para janda ini, penting direalisasikan di Kota Bekasi, karena ada begitu banyak single parent yang setiap harinya menghadapi berbagai problem sosial dan ekonomi. Pembiaran terhadap persoalan ini sama halnya menjerumuskan Kota Bekasi dalam lembah patologi sosial.
Oleh : Imam Trikarsohadi (Dewan Pakar Pusat Kajian Manajemen Strategik)