Adilla Fanidya (19), remaja puteri yang melaporkan ayah dan dua kakaknya telah menjalani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Kantor Polres Metro Bekasi, Senin (22/7). Selama empat jam lebih menjalani pemeriksaan, didampingi ibu kandungnya, polisi menanyakan apa yang terjadi padanya
“Ada satu polisi kalau saya penyidiknya. Penyidik sih bilangnya katanya intinya mau diproses tapi nanti suruh tunggu kabar selanjutnya gitu, katanya gitu. Belum ada kabar lagi dari penyidiknya,” kata Adilla, Kamis, 25 Juli 2024.
Ia sudah tak ingat, berapa banyak pertanyaan yang dilontarkan penyidik. Sejak peristiwa penganiayaan itu, Adilla mengaku sudah tidak berhubungan lagi dengan ayah yakni B dan kedua kakanya AN dan AM. Kejadian ini mengganggu proses pendidikannya selama kuliah di STIKES Abdi Nusantara.
“Saya juga ketakutan takut terjadi ancaman lagi. Jadi kuliah juga saya takut keganggu gitu,” tambahnya.
Dari proses BAP kepolisian ini, Adilla berharap segera terselesaikan agar merasa aman untuk berkuliah. “Satu asrama itu udah pada tau, ada yang nanya salah satu temen, intinya kenapa kok gak cerita gitu kan? Terus yaudah,” imbuhnya.
Sebelumnya, laporan kepolisian Adilla itu tercatat dengan nomor STTLP/B/2356/VII/2024/SPKT/POLRES METRO BEKASI/POLDA METRO JAYA tanggal 12 Juli 2024. Dalam laporan itu, Adilla dijemput paksa oleh B, AM dan AN saat tengah kuliah di STIKES Abdi Nusantara. Ia digelandang ke rumah ayahnya. Disana ia dianiaya oleh ayah dan kedua kakaknya.
“Dari situ saya mau masuk mobil, saya minta izin dulu, kak bentar ya ada barang yang ketinggalan di asrama. Terus kakak saya bilang, udah nanti dulu aja, sekarang urgent pulang sekarang juga dan itu kakak saya ngotot kan. Saya bilang lah emang kenapa bentar dulu lah. Saya reflek lari, dia reflek ngejar. Abis ngejar tangan saya dia tarik sambil teriak, itu kan kakak pertama saya yang ngejar, yang teriak kakak saya yang kedua namanya Amel. “Amel ini dia mau kabur, tolongin-tolongin”. Sampe saya ditarik sama 2 orang ini,” tutur Adilla.
Karena kejadian itu membuat kerumunan warga, akhirnya korban ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, korban dimarahi oleh kedua kakaknya dan menuju rumah ayah kandungnya. Tak sampai disitu, ketika berada di rumah ayah kandungnya, korban sempat disiksa oleh ayah dan kedua kakaknya. Saat itu, korban yang tak berdaya sempat ingin dibakar oleh ayah kandungnya yang telah menyiram bensin ke pakaiannya untuk mengaku bahwa mendapatkan telepon seluler baru hasil dari Open Bo.
“Saya ditanya, lu jujur gak sebulan ini kemana, nah kakak saya yang kedua langsung cengkram tangan saya megang kuping saya langsung jedotin ke tembok 3 kali. Terus bapak saya lari dari dapur langsung nendang pake kaki ke muka saya, saya di kepret kipas berkali-kali. Disitu ngomong jujur lu pasti lu gak bener kan selama 1 bulan gak pulang. Disitu tinggal kita berempat. Gak lama kemudian ada sepupu saya nama intan dateng. Disitu dia nyaksiin dari bapak saya tiba tiba mau nyiram pake bensin biar saya ngaku saya open bo sambil mainin korek. Saya udah pasrah kan, dia deketin saya sambil bawa golok ke arah saya. Ngancem mau dimatiin apa mau jujur” tambahnya.
Menurutnya, pemicu kejadian ini juga karena permasalahan ekonomi. Dimana ayah kandung korban yang telah menikah lagi itu sudah tidak bekerja dan tidak dapat menafkahi biaya kuliah korban. Sehingga, korban kembali ke pangkuan ibu kandungnya yang dapat menafkahinya.
“Permasalahannya di ekonomi juga ya. Selama tiga bulan terakhir bapak saya udah angkat tangan udah gak mau biayain saya karna udah gak kerja kan. Jadi otomotis saya minta ke ibu kandung saya. Dari situ satu bulan terakhir saya gak pulang karna di asrama deket kampus karna alasan ongkos, karna cuma dikasih dari ibu saya aja di kasih uangnya,” tandasnya.