Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Komunitas

Nasi Barokah Jumat “Sepi di Bumi, Gemuruh di Langit”

×

Nasi Barokah Jumat “Sepi di Bumi, Gemuruh di Langit”

Sebarkan artikel ini

LAKUKAN hal baik secara konsisten meski itu sedikit. Tetap istiqomah, meski hanya sekeping harapan.

Ini yang menjadi keyakinan, para relawan Nasi Barokah Suryamandala, Jakamulya, Bekasi Selatan. Meski jumlah yang dibagikan sedikit, namun ini istiqomah dan sudah berlanjut sejak lama.

Scroll Ke Bawah Untuk Melanjutkan
Advertisement

Ada di satu ruas di Jalan Baru, seorang ibu dan bapak berdiri memegang nasi kotak. Setiap pejalan kaki, atau pengendara motor ditawari. “Sarapan gratis, pak. Silahkan jika belum sarapan,” kata Eris, satu relawan, Jumat (11/10/2023).

Maka, setiap pejalan kaki atau motor yang lewat pun tertarik. Berhenti, mengambil kotak, dan berterima kasih. “Ya Allah. Terima kasih pak. Saya memang belum sarapan. Semoga berkah, ya pak,” kata Niyati, satu ibu yang melintas.

Eris menyebut kegiatan yang dijalaninya sudah berlangsung 3 tahun. Setiap Jumat, dia bersama sejumlah relawan membuat nasi dan dibagikan percuma alias gratis.

“Semua orang bisa mendapatkan, dan semua bisa membantu,” katanya.

Terkait lokasi, disebutkan selalu berpindah. Hanya saja waktunya selalu pagi. Karena niatnya memang memberi sarapan pagi. Jika sudah sarapan, insyaAllah bekerja juga lebih semangat.

Saking banyak peminat, stok nasi kotak 200 pun cepat ludes. Tak sampai 10 menit, dagangan langsung ludes. Kali ini menu nasi kuning plus telor dan orek tempe.

Setelah ini, siang masih harus menyelesaikan nasi barokah untuk dititipkan di masjid. Kalau yang model begini agak hemat tenaga karena hanya menyerahkan ke beberapa masjid. Pembagiannya terserah pengurus masjid.

“Di jaman sekarang, bisa jadi ada keluarga yang belum makan tapi malu jika harus meminta,” katanya.

Maka, sarapan ala relawan Suryamandala ini layak ditiru. Mereka bisa saja sepi di bumi, tetapi bisa gemuruh di langit.

Semangat berbagi. (chotim)

Example 120x600
Komunitas

“Dibawa sarungnya ke tongkrongan. Disitu mulainya. Iseng-iseng yang ini lawan ini gitu. Awal cuma tujuh orang lah itu, saya rekam diposting ke medsos. Terus ada yang minta latihan, diposting tiga sampai empat kali, ada yang tanya ‘bang boleh minta kontaknya gak latihan dimana, rutin hari apa aja. Pokoknya nanyain jadwal latihan, biayanya, saya bilang ‘ngga ada biaya, kita tiap sore aja nongkrong pulang kerja kita sparing gitu,” kata Musa di Cikarang Timur, Senin, 21 Oktober 2024.