Jika seseorang nampak ingin menyikat habis seluruh posisi dan jabatan, maka bisa jadi ia mengidap penyakit Megalomania–sebuah keyakinan dalam diri seseorang bahwa ia memiliki kebesaran, keagungan, atau kekuasaan. Keyakinan ini tidak hanya ditunjukkan dengan sikap sombong, tetapi juga bagian dari gangguan jiwa.
Yang demikian ini semakin banyak terjadi di berbagai tingkatan, baik level nasional dan daerah, termasuk di Kota Bekasi. Entalah kualitas qolbu macam apa yang ada pada dirinya, bisikan macam apa yang masuk lewwat kupingnya, dan dikelilingi orang-orang macam apa di sekitarnya. Yang jelas, ia nampak konyol dimata publik, dan mengenaskan.
Apa boleh buat, orang dengan megalomania merasa yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan, kekuasaan, kecerdasan, atau kekayaan. Namun, keyakinan ini sebenarnya salah atau disebut juga waham, tepatnya waham kebesaran.
Acapkali dalih atau pendapat seseorang dengan megalomania mengenai dirinya tidak masuk akal. Celakanya, nasihat baik dalam bentuk apa pun tidak akan bisa mengubah pemikirannya.
Beberapa gangguan kejiwaan yang bisa menimbulkan megalomania antara lain; skizofrenia. Ini adalah gangguan kejiwaan kronis yang menyebabkan penderitanya kesulitan membedakan mana yang nyata dan tidak. Skizofrenia dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti halusinasi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Selain itu, skizofrenia juga bisa menyebabkan waham. Ada berbagai macam waham yang bisa muncul pada penderita skizofrenia, salah satunya megalomania.
Penyebab kedua adalah gangguan bipolar yang berupa gangguan kejiwaan yang menyebabkan penderitanya mengalami perubahan emosi secara drastis. Orang dengan gangguan bipolar biasanya dapat mengalami dua fase utama, yaitu mania (sangat senang) dan depresi (sangat terpuruk).
Pada kasus tertentu, gangguan bipolar bisa menimbulkan gejala berupa halusinasi dan waham, seperti megalomania. Biasanya, gejala ini muncul saat penderita bipolar mengalami fase mania.
Yang ketiga adalah demensia. Penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini bisa berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya.
Demensia dapat menyebabkan timbulnya waham, seperti waham paranoid, yang membuat penderitanya curiga bahwa ada orang yang akan menyakiti atau meracuninya. Tak hanya itu, waham kebesaran atau megalomania juga dapat terjadi pada penderita demensia.
Yang keempat adalah delirium yakni, perubahan mendadak pada otak yang menyebabkan penderitanya mengalami kebingungan parah, penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, atau terkadang perubahan persepsi berupa megalomania. Delirium biasanya disebabkan oleh infeksi berat, keracunan alkohol, atau kekurangan oksigen.
Yang kelima adalah gangguan waham atau gangguan delusi yang merupakan penyakit jiwa yang menyebabkan penderitanya memiliki satu atau beberapa waham. Beda dengan penyakit-penyakit sebelumnya, satu-satunya gejala pada gangguan waham adalah munculnya waham itu sendiri.
Beberapa keyakinan yang bisa timbul pada penderita gangguan waham adalah megalomania yang mempercayai kehebatan dirinya, waham penganiayaan yang mempercayai bahwa mereka sedang ditipu, atau waham erotomania yang mempercayai bahwa seseorang mencintainya.
Memang, wajar saja jika seseorang atau sekelompok orang ingin mendapatkan harta, jabatan, ataupun kedudukan, selama hal tersebut didapatkan dengan cara-cara elegan, fair, dan berlandaskan kepada etika dan moral, serta sesuai dengan keahlian dan profesinya. Apalagi jika orang tersebut bisa dipercaya keamanahannya.
Persoalannya, jika kemudian menjadikan jabatan dan kedudukan sebagai tujuan politik kekuasaan dan tujuan hidup. Yang terjadi kemudian adalah menghalalkan segala macam cara, termasuk menggunakan cara-cara intimidasi untuk meraihnya, bahkan tidak ragu-ragu untuk menjual warga atau mengatasnamakan warga. Sosok yang demikian ini akan terus mengejar jabatan, tanpa ada perasaan malu dan sungkan sedikit pun.
Pejabat yang semacam ini, jika pun meraih jabatan, biasanya akan mempergunakannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, dan sama sekali tidak pernah berpikir untuk memajukan dan menyejahterakan orang-orang yang dipimpinnya.
Pejabat inilah yang diingatkan Rasulullah SAW bahwa kelak mereka di akhirat akan mendapatkan penyesalan yang luar biasa. Dan, dalam kehidupan sekarang pun, pejabat-pejabat yang semacam ini sama–selama tidak punya izzah (harga diri).
Oleh : Imam Trikarsohadi (Wartawan Senior/Pimpinan Umum Media Lingkar Indonesia)