JUJUR, tadinya tidak terbayangkan jika Alquran harus pula dicetak dengan bahasa isyarat. Selama ini, setahu saya, Alquran Cetak atau juga Alquran braille untuk tuna netra. Tetapi Alquran Isyarat?
Keterkejutan ini ternyata juga dirasakan oleh mereka yang biasa bergelut dengan Alquran. Seperti kalangan penghafal Alquran, mereka penasaran. “Oh, iya ya. Mukjizat Alquran itu bisa dinikmati juga melalui bahasa Isyarat,” kata Faisal Alhafidz, penghafal Alquran juara internasional.
Bisa difahami, bahwa Alquran itu ‘hudan linnas’, petunjuk bagi semua manusia. Siapa pun dia, dari kalangan mana pun. Jadi, kaum tuna rungu juga termasuk.
Dari sinilah kemudian Kementrian Agama RI melalui Lembaga Pentashih Mushaf Alquran (LPMQ) merintis penerbitan Alquran Isyarat. Apalagi, penerbitan ini disebut sebagai amanah ilahiyah dan juga amanah konstitusi. Seperti disampaikan H. Deny Hudaeny LC, MA, dari LPMQ. (Hal 13).
Tim bentukan LPMQ pun bekerja keras mengemban amanah untuk membuat Alquran Isyarat ini. Berbagai elemen, seperti akademisi, pakar maupun komunitas tunarungu wicara dilibatkan. Pembahasan meliputi penetapan isyarat dalam kosa kata.
Saya memahami secara singkat, jika perlunya lembaga resmi mengesahkan apa terkait kosa kata, karena ini Alquran. Rumit karena pengisayaratan. Bagaimana misalnya ketika kata itu harus panjang, atau pendek. Atau bagaimana jika Al-Syamsiah, yang tak terbaca tetapi ada tulisannya?
Belum lagi, metode isyarat ternyata juga beragam. Setidaknya, ada Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) dan SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia). “Dengan adanya Alquran Isyarat ini patut disyukuri. Setidaknya, ada kelegaan bahwa ada kesepakatan pengisyaratan. Menyatukan. Apalagi ini terkait dengan ibadah,” kata H Siswadi, Ketua Dewan Penasehat Perkumpulan Penysandang Disabilitas Indonesia (PPDI).
Maka kemudian juga muncul pendekatan metode tilawah atau kitabah dalam penulisan Bahasa Isyarat Untuk Alquran ini. Metode tilawah adalah penulisan berdasar apa yang terbaca. Dan metode kitabah adalah apa yang tertulis. Ini sangat terasa ketika mendapati penulisan ‘nun mati’ yang bisa tertulis tetapi tidak terbaca.
Ah, saya jadi membayangkan saat diajari sekilas oleh Basiimah cara mengisyaratkan dengan tangan kanan alif fathah, dhomah atau juga kasroh. Atau juga saat panjang atau pendek. Mumet.
Inilah sekelumit terkait penyusunan mushaf Alquran isyarat. Dan itu sudah dilakukan Basiimah dan tim. Penulisan awal baru Juz 30 dengan metode kitabah. Tahap selanjutnya sudah dirancang penerbitan untuk 30 juz. Lengkap.
Dan ini menjadi semakin menarik, ketika ditulis melalui Buku Basiimah Berdamai Dengan Sunyi. Menarik, karena saat ini (18 Februari 2023), Basiimah menikah. Dan buku ini dijadikan hadiah, souvenir bagi tamu undangan. Hadiah dari seorang ayah, Heri Koswara.
Oleh: Chotim W (Pimpinan Redaksi)