MASYARAKAT Jawa Barat terutama para praktisi dan stakeholder olahraga di semua Kabupaten dan Kota, saat ini sedang memfokuskan diri untuk ambil bagian dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XIV Jawa Barat 2022. Meski baru akan resmi dibuka pada 12 November 2002 mendatang, tapi beberapa cabang olahraga telah memulai pertandingan babak penyisihan.
Dan, pada perkembangannya kini, fenomena keolahragaan mengalami dinamika begitu pesat merambah hampir ke dalam seluruh aspek kehidupan olahraga. Olahraga tidak hanya dilakukan untuk tujuan kebugaran badani dan kesehatan, karena ternyata mulai menjangkau aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Jadi, kalau ada beberapa pengurus partai politik menjadi ketua cabang olahraga tertentu, maka wajar saja, karena memang dinamikanya demikian.
Sebab perkembangan dinamika yang melesat cepat, maka kalaupun ada permalasahan, solusinya harus dilakukan dengan pendekatan inter-disiplin, sebab itu menjadi Ketua KONI atau setidaknya pengurus cabang olahraga menghadapi aneka macam tantangan yang tidak bisa dibilang mudah.
Jika ditilik dari sisi pelaku dan proses sosial yang terbentuk, terbukti sudah bahwa olahraga merupakan mikrokosmos perikehidupan masyarakat. Artinya, fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat telah tercermin dalam aktivitas olahraga dengan terdapatnya nilai, norma, pranata, kelompok,lembaga, peranan, status, dan komunitas.
Sebagai suatu realitas sosial, keberadaan olahraga saat ini telah diapresiasi sedemikian tinggi di kalangan masyarakat luas maupun para pemangku kekuasaan. Olahraga telah menyatu selaras dengan gerak dinamis proses sosial yang berlangsung sedemikian pesat ke arah terbentuknya tatanan nilai atau norma yang semakin hari semakin nyata dapat memberikan kontribusi konstruktif untuk peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.
“Dalam olahraga, perlu emosi dan gengsi,” demikian dikatakan Ketua Umum KONI Kota Bekasi, Abdul Rosyad Irwan dalam berbagai kesempatan. Pernyataan itu cukup valid, karena olahraga bukan lagi disikapi sebagai sarana untuk penyehatan ragawi, tetapi lebih luas dari itu, kawasan olahraga telah merambah pada aspek-aspek perikehidupan manusia secara utuh menyeluruh.
Karena itu, dari segi keilmuan, olahraga telah diakui sebagai academic discipline. Aspek ontologinya berkaitan dengan keberadaan manusia sebagai homo ludens atau homo se movens, yaitu manusia yang mempunyai hasrat bermain dan bergerak sebagai wujud nyata aktualisasi dirinya. Gerak insani tersebut difungsikan sebagai media untuk mengembangkan dan membina potensi-potensi yang dimilikinya, yang berguna bagi keperluan hidup sehari-hari, sebagai ekspresi etik dan estetik, dan pada awalnya dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan alam lingkungan yang kurang bersahabat.
Kini, setelah hampri lima tahun menjadi pengurus KONI Kota Bekasi, saya mendapatkan sebuah fakta bahwa aktivitas gerak fisik (olahraga) semkain meluas dan menjangkau ke seluruh kawasan aspek-aspek perikehidupan manusia, mulai dari fungsi pemanfaatan waktu luang, fungsi kesehatan dan kebugaran jasmani, fungsi rekreatif, fungsi politis, budaya, fungsi sosial, sampai fungsi ritual.
Fenomena demikian itu mengandung arti, bahwa aktivitas yang dilakukan manusia dalam jenis dan bentuk yang sama, ternyata menyimpan motif pelaku yang beragam, tergantung dari macam kebutuhan dan tujuan apa yang akan dicapai melalui media aktivitas gerak tersebut.
Pada konteks yang demikian itu, aktivitas fisik difungsikan sebagai safety valve (katup pengaman) untuk “melampiaskan” dorongan-dorongan potensial (naluri) yang ada pada diri manusia, karena di kuatirkan akan terjadi tindakan destruktif, jika naluri-naluri manusiawi tersebut tidak diwadahi ke dalam suatu kegiatan yang tidak saja positif bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Intinya, olahraga pada era sekarang pada hakikatnya merupakan aktivitas gerak fisik yang sudah mengalami pelembagaan formal. Disana terdapat nilai dan norma baku yang bersifat mengikat para pelaku, penyelenggara dan penikmatnya, agar olahraga bisa berlangsung dengan adil, tertib dan aman, yang memungkinkan para pelaku berpeluang untuk menampilkan segala kemampuan teknis yang dimilikinya, sehingga akan dapat ditentukan pemenang dari mereka yang mempunyai kemampuan lebih dibanding lainnya, dan para penikmat/penonton dapat menyaksikan aksi-aksi gerak yang menarik, yang dapat menghiburnya.
Olahraga yang dilakukan dalam bentuk perlombaan atau pertandingan seperti gelaran Porprov XIV Jawa Barat 2022, tentu akan memunculkan momen-momen fenomenal yang selalu dikenang dan dicatat oleh sejarah, dengan kemasyhuran sosok pelakunya yang mampu menyita perhatian khalayak luas. Ketenaran, bonus, dan segala kemudahan diterima oleh pelaku olahraga yang mampu “mengharumkan” nama daerahnya.
Jadi wajar saja jika kemudian atlet yang sukses digelari “pahlawan olahraga” dari daerahnya. Karena, apa boleh buat, kemenangan yang diperoleh pada dunia olahraga akan memberi rasa bangga banyak pihak, karena itu bukti kemampuan “menaklukkan” kompetitor dengan cara sah dan resmi.
Oleh : Imam Trikarsohadi (Wartawan Senior)