Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Kesehatan

Divonis Gagal Ginjal Kronis, Siswa SMP Terancam Putus Sekolah

×

Divonis Gagal Ginjal Kronis, Siswa SMP Terancam Putus Sekolah

Sebarkan artikel ini

BEKASI- Fikrul Hilmi (15), seorang siswa kelas tiga SMP, asal Kampung Pintu Air, Harapan Mulya, Kota Bekasi, terancam putus sekolah, karena penyakit gagal ginjal kronis yang dideritanya.

Anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Warsih Yanti dan Edi Supriadi ini sudah berhenti sekolah sejak Januari 2022 lalu. Meski begitu, dikatakan sang ibu, Fikrul sangat ingin melanjutkan sekolahnya.

Scroll Ke Bawah Untuk Melanjutkan
Advertisement

“Karena dia mau sembuh dulu dari penyakitnya, tapi keinginan untuk sekolah masih ada,” kata Warsih, saat ditemui Bekasiguide.com, Sabtu (22/10/2022).

Biaya pengobatan Fikrul, dikatakan Warsih menghabiskan dana yang tak sedikit. Ia mengaku, sampai harus meminjam ke sanak saudaranya, karena biaya tanggungan dari BPJS tidak mengcover seluruh pengobatan sang anak.

“Saya pinjam dulu ke saudara selama ini saya pake untuk menutupi biaya pengobatan dan biaya makan setiap hari,” ujarnya.

Yanti juga mengatakan, sejauh ini baru pihak Kelurahan yang sudah melihat kondisi anaknya, sementara dari Pemerintah Kota belum ada yang berkunjung kerumahnya.

“Saya belum ada (Pemerintah Kota), cuma kemarin ada pihak Kelurahan datang kemari lihat anak, dan dia mengatakan ingin membantu masalah angkutan yang akan dipergunakan ke RSCM,” kata Warsih.

“Ga ada bantuan lain, cuma kemarin kita sudah nerima Rp 200 ribu ya dari Kelurahan,” sambungnya.

Warsih juga mengatakan, bahwa berdasarkan arahan RSCM, sang anak harus dilakukan transplantasi ginjal, dengan biaya yang mencapai 300 juta.

“Tapi kata pihak RSCM banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan secara pribadi, tidak semuanya tercover oleh BPJS. itu kendala kami sebenarnya,” kata Warsih.

Warsih berharap, dirinya bisa melihat sang anak kembali sehat dan ceria seperti anak pada umumnya. (Mae)

Example 120x600
Kesehatan

“PABC biasanya terjadi pada wanita reproduktif. Pengobatan bisa dengan kemoterapi atau kalau mau paling aman ya operasi. Tapi itu harus dikonsultasikan dengan dokter anestesi dulu, supaya obat bius yang diberikan bisa dipastikan aman untuk bayi yang ada di kandungannya. Bisa dilakukan setelah usia kandungan 3 bulan lebih,” kata Aida.