Oleh : Imam Trikarsohadi
Pada tanggal 20 – 21 Agustus 2022 di sebuah tempat di Jakarta, hadir ratusan utusan pengurus 23 wilayah Relawan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) dari 25 kepengurusan tingkat provinsi yang sudah terbentuk, dua provinsi yakni; Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) berhalangan hadir.
Para pengurus Relawan Anies dari 23 provinsi ini datang ke Jakarta dengan semangat yang luar biasa, mereka membiayai dirinya masing-masing untuk sampai ke lokasi pertemuan dengan titel Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke – 1.
Tentu, isi Rapimnas adalah guna menyatukan niat, sikap, gerak dan upaya agar elektibilitas Anies Rasyid Baswedan (ABW) menggapai ketinggian yang maksimal, kemudian memantik minat partai politik pengusung untuk selanjutnya menjadi Presiden RI pada 2024 mendatang.
Apa boleh buat, dinamika selama Rapimnas tentu saja sangat menggugah hati — oleh sebab ratusan manusia cerdas dan masing-masing punya kapasitas — bertemu, berdiskusi dan saling bertukar pengalaman maupun strategi dengan satu tujuan mengusung Anies Rasyid Baswedan menjadi Presiden. Ada semacam pertautan batin dan semangat yang dasyat serta sulit untuk diterjemahkan dengan sekedar rangkaian kalimat.
Suasana semakin menarik manakala pada hari kedua Rapimnas, Anies Rasyid Baswedan datang ke lokasi dan teribat diskusi dengan para relawan. Anies menceritakan bagaimana pengalaman kepemimpinannya selama menjadi Gubernur DKI Jakarta; ihwal ketaatanya pada prosedur, cinta dan kepeduliannya kepada warga Jakarta tanpa pandang bulu, ihwal bagaimana ia mensikapi hujatan, kecurigaan, tendensi negatif dan lainnya, baik lewat media sosial maupun telikungan nyata di lapangan.
Ketika mendengar pemaparan Anies yang dilengkapi dengan data-data valid, tentu saja sangat menginspirasi, ada kesan yang begitu membekas dalam hati. Sebab itu, terbuka atau diam-diam, sosok Anies dari waktu ke waktu semakin banyak yang mengagumi, bahkan tidak sedikit yang ingin mengikuti jejaknya.
Bagi saya, ini kali kedua bersua langsung dengan Anies Rasyid Baswedan dalam selang waktu yang tak sampai sebulan. Pertama; ketika Pak Anies menjadi saksi nikah dan memberi sambutan sebagai wakil keluarga — ketika saya menikahkan putri saya, dan yang kedua di Rapimnas.
Saat pernikahan putri saya, disela waktu jedah antara acara akad nikah dan resepsi pernikahan, kami bertiga ; Presiden PKS Ustadz Ahmad Syaikhu, Pak Anies dan saya, cukup lama ngopi dan berdiskusi tentang hal-hal esensial kedepan. Dari kedalaman diskusi itu, saya berkesimpulan bahwa Pak Anies memang amat layak menjadi Presiden RI 2024 guna membawa negeri ini semakin sejahtera dan amanah.
Sebab apa? Jawabnya, selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia telah memberikan contoh ihwal pentingnya kejujuran dan kesabaran. Tentu tidak mudah untuk mampu memimpin DKI Jakarta selaku Ibukota Negara, karena menyangkut banyak hal mulai dari pencapaian visi misi , membangun semangat seluruh birokrasi agar bekerja maksimal hingga bagaimana memastikan terwujudnya kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh warga. Itulah sebabnya Jakarta dan bahkan Indonesia perlu sosok pemimpin seperti Anies Rasyid Baswedan yang dalam dirinya dibekali kompetensi managerial, teknis dan sosiokultural yang menjadikannya pemimpin handal.
Tipikal kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan tidak hanya bertumpu pada kewenangannya sebagai pemegang otoritas, tapi lebih dari itu, ia adalah sosok panutan dan sebagai agen of changes bagi Pemprov DKI Jakarta dan seluruh warganya. Akan halnya ketauladanan yang ia lakukan sebagai pemimpin merupakan salah bentuk integritas yang memegang peranan penting dalam menunjang kesuksesan mengembangkan organisasi Pemprov DKI Jakarta yang dipimpinnya.
Keteladanan Anies Baswedan ini sejatinya merupakan energi positif yang menjadi strong point dalam manajemen kepemimpinannya. Dalam kaitan ini, maka keteladanan Anies Rasyid Baswedan merupakan keseluruhan perilaku kepemimpinannya yang dapat dilihat, dikenali dan ditiru oleh seluruh aparatur yang dipimpinnya tanpa merasa terpaksa. Keteladanan Anies bukan hanya sekadar perkataan kosong atau janji-janji manis, tetapi terbukti dari perilaku kepemimpinan yang ia pertunjukkan setiap hari dalam pelbagai kesempatan dan kegiatan.
Beberapa bentuk keteladanan yang dapat dilihat, dikenali dan ditirukan dari Anies Rasyid Baswedan antara lain adalah perilaku kedisiplinan, kerja sama (kolaboratif), bersikap adil, jujur dan bijaksana. Anies terbukti mampu memberi keteladanan kepada seluruh aparatur Pemprov DKI Jakarta hingga lapisan terbawah, melakukan pendelegasian dan memberi kepercayaan kepada aparaturnya, tidak berpihak atau berat sebelah, mampu melakukan komunikasi yang baik dengan seluruh aparatur dan warga Jakarta, serta yang istimewa adalah ia tidak mengambil hak yang bukan untuk dirinya dan lain sebagainya.
Keteladanan Anies Rasyid Baswedan adalah legacy yang dapat diwariskan dan ditularkan kepada semua aparatur sehingga dengan sendirinya terbangun sebuah etos kerja yang baik. Dalam hal ini, Anies paham betul bahwa keteladanan jauh lebih bermanfaat dari pada teguran yang tajam.
Bagi banyak pemimpin di segala lapisan di negeri ini, tentu ini bukanlah hal yang mudah, karena perilaku teladan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif yang selalu berkecamuk dalam diri pribadi masing-masing orang, namun Anies mampu melakukannya, dan jika ia menjadi Presiden Indonesia, niscaya ia tak akan pernah berhenti untuk selalu menjadi panutan dalam hal-hal yang positif.
Sebab itu pesan Anies terhadap para relawan pendukung dirinya adalah selalu berpikir dan bertindak positif serta kolaboratif terhadap siapa pun. (Pemimpin Redaksi).