Kota Bekasi mencatat jumlah kasus HIV/AIDS yang perlu menjadi perhatian serius. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti Anggraeni, menegaskan bahwa pihaknya terus mengintensifkan langkah antisipasi melalui deteksi dini serta pemeriksaan rutin terhadap masyarakat.
“Deteksi dini itu penting. Kita melakukan uji pada orang-orang di sekitar penderita HIV, agar kasus bisa ditemukan secepat mungkin,” ujar Satia usai rapat dengan Komisi IV DPRD Kota Bekasi dikutip bekasiguide.com pada Senin, 15 September 2025.
Menurut data, Kota Bekasi berada di peringkat dua terbesar untuk jumlah uji HIV, namun jika melihat kasus baru, posisinya berada di urutan keenam. Dari total penduduk sekitar 2,5 juta jiwa, tercatat 322 kasus HIV yang masih dalam kategori terkontrol.
Selain deteksi, Dinkes Kota Bekasi juga menekankan pencegahan lewat sosialisasi, edukasi masyarakat, hingga pendampingan pasien agar rutin mengonsumsi obat. “Hal ini untuk menekan penularan dan memastikan kesehatan penderita tetap terjaga,” tambah Satia.
Meski belum ada rumah sakit khusus HIV, pelayanan kesehatan tetap terbuka di seluruh RS dan puskesmas di Bekasi tanpa diskriminasi.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Ahmadi menyoroti pentingnya keseriusan pemerintah dalam menangani HIV/AIDS. Dari sekitar 3.200 pemeriksaan, ia menilai jumlah yang positif tidak sebanyak itu, namun tetap membutuhkan perhatian.
“Dinkes sudah menganggarkan sekitar Rp100 juta untuk pencegahan dan Rp800 juta untuk penanganan AIDS serta penyakit menular lainnya. Kalau kurang, tinggal kita dorong lagi. Bekasi ini kota metropolis, pola hidup bebas bisa memicu meningkatnya angka AIDS,” ungkap legislator yang akrab disapa Madonk,.
“Upaya pencegahan HIV/AIDS di Kota Bekasi kini menjadi prioritas. Dinas Kesehatan dan DPRD sepakat, edukasi dan pemeriksaan rutin menjadi kunci untuk menekan laju penyebaran penyakit menular tersebut,” tandasnya.