Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi mulai menunjukan keseriusannya menangani permasalah irigasi yang menyebabkan ribuan hektar sawah di wilayah utara kekeringan sehingga gagal tanam hingga gagal panen.
Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dedy Supriyadi bersama jajarannya telah melakukan peninjauan ke bendung atau pintu air kali Cikarang. Pintu air ini terletak diperbatasan beberapa Kecamatan, yakni Cikarang Utara, Cibitung dan Cikarang Barat.
“Ini krusial yang dikeluhkan dilaporkan masyarakat terkait dengan aliran persawahan yang kekeringan,” ujar Dedy Rabu, 21 Agustus 2024.
Pihaknya menyiapkan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) usai diterbitkannya status tanggap darurat kekeringan. Anggaran BTT itu direncanakan akan diperuntukan untuk normalisasi sungai-sungai dan bendungan dari sampah-sampah yang menyumbat, terutama pada aliran sungai di wilayah utara. Selain itu, sebagai langkah awal, pihaknya tengah berkoordinasi kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk memperbaiki pintu air.
“Di tahun ini dari dana anggaran BBWS mungkin perbaikan dari bendungan. Kemudian kita akan bangun di tahun 2025 insyaallah jembatan supaya air bisa lancar, karna memang ini kali pembuangan ya, tapi karna ini sifatnya urgent atau darurat artinya kita upayakan maksimal,” tambahnya.
Untuk memperlancar normalisasi sungai yang telah ditinjau nya, pihaknya juga akan menertibkan bangunan liar yang berdiri di bantaran sungai. Tujuannya agar alat berat bisa masuk. “Alat berat akan kita turunkan semacam Amphibi,” tuturnya.
Berdasarkan hasil peninjauannya, pintu air yang berada tepat di tapal batas antara wilayah Cibitung dengan Cikarang Barat dan Cikarang Utara ini mengendalikan 19 kecamatan. Namun Dedy enggan merinci ke 19 kecamatan tersebut. Saat ini pihaknya kembali kaan berkoordinasi dengan stakeholder terkait untuk penanganan kekeringan di wilayah utara Kabupaten Bekasi.
“Kita akan lakukan upaya konkrit yang dilakukan pemerintah daerah bersama-sama skpd terkait. Disini ada 19 desa yang akan teraliri dan sawah sekitar 7000 hektar lebih. Ini Tentunya tidak bisa dibiarkan dan harus kita tuntaskan permasalahan ini supaya juga agar terjaga ketahanan pangan di wilayah sini,” kata Dedy
Sementara, salah satu petani, Saripudin yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sukatani mengungkapkan pada tahun ini di wilayah Sukatani sedikitnya 740 hektar sawah mengalami gagal tanam hingga gagan panen. Menurutnya, sistem irigasi air itu pintu air di Bendungan Cikarang dan talang Rawa Lele di Cibitung.
“Harusnya sebentar lagi panen, tinggal menunggu hari. Bahkan ada beberapa petani yang memanfaatkan air dari danau itu sudah mulai muncul palai udah mau panen. Ya kalau sekarang ini mungkin gagal nyawah , gagal tanam. Tapi tahun kemarin itu banyak sekali yang gagal. Karna airnya kurang jadi nyawahnya itu gak serempak, otomatis hama selalu berpindah-pindah gitu,” ujar Saripudin.
Saripudin sempat menyampaikan keluhannya kepada Pj Bupati Bekasi yang tengah meninjau langsung ke talang Rawa Lele Cibitung. Menurutnya, jembatan lintasan air pada talang Rawa lele ini terhambat akibat sampah yang memenuhi gorong-gorong.
“Di jembatan ini ada gorong-gorong sampai 4 lubang, ini menyebabkan penumpukan sampah sehingga membuat macet air. Untuk sementara ini dari pak Pj Bupati Bekasi dibersihkan secara manual dulu oleh petugas-petugas PJT,” tambah Saripudin.
Ia berharap agar permasalahan-permasalahan sistem irigasi di wilayah Utara Kabupaten Bekasi segera tertangani oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi. Karena setiap tahun, para petani di wilayah utara ini kerap dihantui oleh kekeringan yang disebabkan buruknya sistem irigasi. Dan kondisi tersebut, dikatakan Saipudin berdampak pada penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti berdagang, sekolah anak-anak dan lainnya.
“Harapan kami sebagai petani mudah mudahan segera ditindak lanjuti permasalahan permasalahan yang ada, terutama mulai dari BTB 35 sampai talang rawa lele ini, dimana di sana di depan itu ada banyak tanggul kritis,” tandasnya.