Sudah empat hari warga Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi dilanda banjir rob. Ketinggiannya pun bervariasi, mulai dari 30 centimeter hingga 70 centimeter. Banjir yang terjadi sejak Jumat (15/11) ini selain menggenangi rumah-rumah warga juga menggenangi jalan penghubung antar permukiman, sehingga akses perekonomian warga sekitar terganggu.
“Udah empat hari banjir, ganggu aktivitas mau usaha jualan jadi ribet, kemana-mana susah, gak bisa usaha, pendapatan berkurang,” kata Nengsih (41) di Muaragembong, Selasa, 19 November 2024.
Berdasarkan siaran pers Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) banjir rob akan melanda wilayah pesisir Utara DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan sekitarnya hingga 21 November mendatang. Di Kecamatan Muaragembong, selain Desa Pantai Bahagia, pemukiman warga di Desa Pantai Mekar yang terletak dibibir laut juga mengalami dampak serupa. Akibatnya, beberapa warga mengalami gatal-gatal akibat banjir rob yang menggenangi hingga rumah warga. Air naik ke pemukiman warga sejak pagi sekitar pukul 08.00 Wib dan surut pukul 13.00 WIB.
“Ini udah mulai gatel-gatel. Didalem rumah penuh air, diluar apalagi. Susah nyari tempat kering. Kalau anak-anak senang main air terus tapi gini jadinya gatel-gatel,” tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Abdullah, ketua RT 06 Kampung Gobah, Desa Pantai Bahagia. Hingga hari ke empat ini belum ada bantuan baik logistik makanan atau obat-obatan dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Menurutnya, bantuan obat-obatan dan logistik makanan siap saji sangat dibutuhkan bagi warga Kampung Gobah. Sulitnya akses yang bisa dilalui kendaraan roda dua membuat warga terpaksa mengolah sisa makanan yang ada di rumahnya.
“Ketinggian air sampai 70 centimeter. Sudah 4 hari dari Pemerintah Kabupaten Bekasi belum ada bantuan apa-apa, baik karung maupun sembako. Tolong kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi tolong dibantu warga kami di RT 06 ini, soalnya banjir rob sudah terlalu tinggi,” keluh Abdullah.
Banjir rob ini, lanjut Abdullah juga berdampak negatif bagi para nelayan. Gelombang air yang tinggi membuat nelayan enggan melaut karena berbahaya. Selain itu kondisi air pasang surut itu membuat tangkapan hasil laut baik ikan, cumi dan udang berkurang.
“Gimana mau melaut airnya tinggi. Ditengah juga belum tentu ada ikan. Sekarang nelayan nunggu air normal dulu baru melaut yang dekat-dekat, bahaya juga kalau jauh-jauh,” ungkapnya.
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi mencatat banjir rob akibat pasang surut air laut ini berdampak di empat Desa di Kecamatan Muaragembong. Diantaranya, Desa Pantai Mekar, Desa Pantai Sederhana, Desa Pantai Bakti dan Desa Pantai Harapan Jaya. Kendati demikian, BPBD baru menerima laporan dan belum melakukan peninjauan langsung ke lokasi wilayah terdampak banjir rob.
“Dikita kan setiap desa ada Destana ya ada personilnya biasanya kurang lebih sekitar 1 mingguan. Itu timbul surut bisa pagi pas angin laut air masuk, pas angin darat beberapa jam kemudian angin surut. Begitu terus selama 1 minggu,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Bekasi, Dody Supriady.
Menurutnya, banjir rob di wilayah Muaragembong ini sudah menjadi hal yang biasa dirasakan masyarakat pesisir laut utara tersebut. Ia mengklaim sudah menurunkan bantuan logistik kepada warga terdampak banjir rob. Dody juga berharap ada penanganan khusus seperti pembuatan tanggul penahan ombak di wilayah Muaragembong agar saat terjadi pasang surut air laut tidak melimpas ke pemukiman-pemukiman warga.
“Sementara kita baru monitoring dari kecamatan sama desa. Bantuan perhari ini beberapa desa sudah kita berikan ala kadarnya untuk masyarakat. Itu sudah biasa di Muaragembong, kalau penanganan butuh penanganan permanen ya tanggul laut. Pasti perlu biaya yang besar juga ya. Mudah-mudahan program pak prabowo bisa sampai Muaragembong,” tandasnya.