Intisari tulisan – Otong Calon Gubernur Jawa Barat (3) ; Ahmad Syiakhu adalah tipe pemimpin dari kombinasi antara great man theory dan leaders are made.
Usai acara reuni bersama rekan-rekan sewaku SMAN di Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Ahmad Syaikhu bersama rombongan bertolak ke pemakaman Jabang Bayi di bilangan daerah Kesambi Kota Cirebon untuk berziarah ke makam Ayahanda K.H Ma’soem bin Aboelkhair.
Dalam komplek pemakaman ini banyak kerabat keraton dikebumikan, dan makam ini oleh sebagian masyarakat dianggap keramat sehingga banyak berdatangan penziarah dari berbagai daerah. Tentu selain berdoa, para penziarah datang dengan tujuan beraneka rupa.
Ada kejadian menarik saat rombongan tiba di pemakaman Jabang Bayi. Salah satu staf dari tim pendamping sedikit panik lantaran diminta membeli bunga dan air mawar dalam botol untuk ditaburkan;”…Pak saya gak ngerti bagaimana cara membeli bunga…mohon bantu,” kata sang staf berbisik kepada saya.
Saya pun membantu yang diinginkan staf, dan kami segera menuju kedalam komplek pemakaman, karena Ahmad Syaikhu berserta keluarga dan rombongan sudah memulai berdoa di pusara Ayahandanya.
Sambil turut berdoa, tiba-tiba pikiran saya mengingat kejadian saat staf bergegas menuju posisi saya yang berjarak cukup jauh untuk minta bantuan, padahal saat itu ia dalam posisi bersama-sama tim dari Cirebon yang bisa saja diminta bantuan.
Saya pun bergumam dalam hati; peristiwa yang nampaknya biasa saja, bisa jadi tidak biasa — mengingat pengalaman – pengalaman yang saya alami sebelumnya di beberapa lokasi bertuah di Cirebon. Apa itu artinya? mana kutahu, lihat saja nanti kedepan.
Agar tidak menjadi tulisan misteri, saya skip saja ceritanya sampai disini, dan lanjut dengan cerita ketika Ahmad Syaikhu bersilaturahmi dengan para kerabat Kesultanan Cirebon, para kyai, ustadz, para sepuh dan para perwakilan tokoh masyarakat dari Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu di Perguruan Islamiyah, Trusmi.
Sampai di tempat ini hanya beberapa menit menjelang maghrib, maka acara dimulai dengan sholat maghrib berjam’ah. Seperti biasa, usai sholat, Ahmad Syaikhu melaksanakan sholat sunnah dan berdoa cukup lama, sehingga saya bersama sanak saudara dan kerabat Cirebon berbincang-bincang di pelataran masjid.
Dalam perbincangan itu, saya menarik kesimpulan bahwa para kerabat dan warga yang turut berbincang, seolah serentak menyampaikan doa, tekad dan semangat yang sama bahwa inilah saatnya kepemimpinan Jawa Barat kembali dipegang putra Cirebon sebagaimana sejarah masa silam.
Tujuannya agar apa yang dicita-citakan Sunan Gunung Jati seperti tertuang dalam 40 petatah petitihnya dapat diwujudkan untuk seluruh warga Jawa Barat.
Tekad itu disampaikan juga saat acara dialog dengan Ahmad Syaikhu, yang dijawab dengan penjelasan aneka macam program yang kelak dijalankan saat menjabat Gubernur Jawa Barat. Sebuah dialog yang cair namun menyentuh esensi ihwal pembangunan Jawa Barat kedepan, khususnya Cirebon. Jadi, tak heran, kalau dialog ini menghabiskan waktu hingga hampir 3 jam.
Usai di tempat ini, Syaikhu beserta rombongan bertolak menuju Kawasan Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin. Tempat ini adalah salah satu pesantren tertua di Indonesia dan punya sejarah panjang dalam syiar maupun perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di Ponpes Babakan, Syaikhu disambut hampir seluruh Kyai pengasuh Ponpes. Dalam kunjungan yang cenderung bersifat jumpa keluarga ini, Syaikhu dan para kyai terlibat diskusi yang cukup mendalam ihwal berbagai hal tenang keilmuan dan kemaslahatan, termasuk soal budaya dan keislaman.
Beberapa kitab pun digelar untuk didiskusikan, dan disini nampak tandas bahwa kedalaman ilmu agama Ahmad Syaikhu bukanlah kaleng-kaleng, sehingga para kyai begitu bergairah berdiskusi dengannya.
Dalam silaturahmi dan kunjungan yang berlangsung hingga menjelang tengah malam itu, tak satu pun kalimat soal Pilgub dan permohonan dukungan yang terucap dari Ahmad Syaikhu.
Tapi apa yang terjadi? usai pamit dan mobil rombongan Syaikhu meninggalkan lokasi, saya yang juga pamit menyusul rombongan justru ditahan salah seorang kyai sepuh;”…Kang, terus dampingi jihad Kang Syaikhu, Insya Allah qobul dan akan maslahat bagi seluruh warga Jabar. Saya dan seluruh kyai disini akan turut berikhtiar sekuat tenaga dan doa,” tuturnya. (Tamat)
Oleh : Imam Trikarsohadi