Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Esai

Otong Calon Gubernur Jawa Barat (2)

×

Otong Calon Gubernur Jawa Barat (2)

Sebarkan artikel ini
Imam Trikarsohadi berbincang dengan Calon Gubernur Jawa Barat, Ahmad Syaikhu.

Intisarinya tulsan Otong Calon Gubernur Jawa Barat (1); Ahmad Syaikhu sejak kecil memang sudah terbina untuk disiplin beragama, menimbah ilmu, bergaul luas dan berperilaku baik, dan selalu andap asor kepada siapa pun, sehingga ia memberkaskan kenangan yang kuat bagi yang pernah mengenalnya.

Usai berziarah ke makam Ibunda Almarhumah Nafi’ah binti Thohir, Ahmad Syaikhu dan rombongan berziarah ke makam sang kakek, KH. Abul Khoir yang terletak masih di daerah Ciledug.

Scroll Ke Bawah Untuk Melanjutkan
Advertisement

Komplek pemakaman sang pahlawan yang tak terlalu luas itu nampak tertata dan terawat rapih. Menurut warga sekitar, pemakaman ini ramai dikunjungi penziarah tiap malam jum’at atau hari – hari khusus tertentu.

Sisi kiri pemakaman, ada masjid besar yang dikelolah secara baik. Di lokasi ini juga tinggal beberapa saudara dan kerabat, juga teman kecil Ahmad Syaikhu. Dari penuturan temannya inilah sisi lain Syaikhu terungkap bahwa ia harus dijemput temannya untuk pergi ke sekolah setiap hari, dan untuk tugas itu sang teman diberi sarapan pagi dan uang bekal sekolah oleh nenek dan/atau ibu Syaikhu.

“Tapi beliau pintar sejak kecil, pandai bergaul dan amat menonjol diantara kami,” ujar sang teman sambil berkelakar – sebuah pertanda bahwa Ahmad Syaikhu cakap memelihara tali silaturahmi dengan teman-teman semasa kecil sekali pun, sehingga suasana kekeluargaan tetap cair dan terpelihara dengan baik meski kini dipisahkan jarak dan jejak kehidupan.

Warga sekitar pun menyambut kedatangan Syaikhu dengan suka cita dan penuh keakraban – sebuah sinyal kebanggaan dan sekaligus pertanda bahwa Syaikhu adalah bagian dari harapan mereka di waktu lalu, kini dan mendatang.

Kilatan – kilatan realitas tersebut seperti meneguhkan bahwa Syaikhu kecil telah mengindikasikan bahwa ia adalah pusat energi bagi sekelilingnya. Pada saat itu, mungkin tak seorang pun menyadarinya bahwa Si Otong sejatinya telah memiliki indikator sebagaimana pandangan sejarawan Skotlandia Thomas Carlyle pada abad 19 bahwa para calon pemimpin secara inheren dikaruniai kualitas-kualitas khusus yang membantu mereka meninggalkan kesan pada masyarakat.

Setidaknya itulah yang dapat saya tangkap, meski perjalanan napak tilas itu terbilang singkat dan bergegas, tapi karena sinyalnya cukup kuat, maka tak terlampau sulit untuk menelisik kedalaman siapa sebenarnya Syaikhu sewaktu kecil.

Titik tuju berikutnya adalah fase Syaikhu Ketika remaja, dimana pada hari itu juga ia menuju lokasi dimana rekan-rekan sewaktu duduk di bangku SMAN Sindanglaut telah menunggunya untuk bereuni dan menumbuhkembangkan ikatan silaturahmi.

Tiba di lokasi, ratusan alumni SMAN Sindanglaut telah berkumpul dan menunggunya yang agak telat datang lantaran jalanan yang rusak dan macet. Ini tentu bukan pemandangan yang biasa, sebab ratusan alumni yang mulai menua dan tinggal berpencar di berbagai penjuru, juga tentu dengan berbagai problematikanya masing-masing, rela menunggu seorang teman dalam sengatan udara yang panas dan lembab.

Sebab itu, saya memilih posisi berbaur di tengah-tengah alumni agar memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang Syaikhu sewaktu remaja. Alhasil, sosok Ahmad Syaikhu sewaktu SMA adalah pribadi yang selain pintar, ia juga aktif mengikuti dan menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra sekolah (OSIS) dan berbagai kegiatan terorganisir lainnya, karena itu ia popular.

Ini berarti, selain sudah membawa bakat kepemimpinan, ia juga mengasah bakat itu ketika menginjak remaja. Sebuah kombinasi yang apik antara pendekatan great man theory yang menyatakan bahwa pemimpin muncul sebab bakat yang mendukung sifat sebagai pemimpin, dan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin, yang dikombinasi dengan pendekatan leaders are made yang menandaskan bahwa bakat akan menjadi — bila kemudian dibentuk, dilatih dan diasah sehingga menjadi pemimpin sesungguhnya.

(berlanjut ke tulisan selanjutnya).

Oleh : Imam Trikarsohadi

Example 120x600
Esai

Sambil berjalan,saya berkata pelan dengan gaya sok polos ke Ahamd Syaikhu agar tak didengar orang lain:”..oh waktu kecil dipanggil Otong yak?”.Syaikhu hanya melirik saya sambil senyum- senyum dikulum.

Esai

Bang Heri waktu beliau kecelakaan kepalanya sampai bocor dibawa ayahanda Haji Sidik ke rumah Suster Tuti,suster Tuti yang juga istri dari tokoh asli katolik kampung Sawah bapak Natan Kuding bercerita bahwa dulu “si Heri mah masih kecilnya pernah gua obatan palanya jatoh ampe bocor!” Kata beliau yang kebetulan rumahnya di daerah sekitaran Rawa gede gak juah dari rumah saya dan suami beliau Pak Natan Kuding masih keturunan sama keluarga saya.

Esai

Jenis pemilih kedua adalah pemilih tradisional. Pemilih tipe ini memiliki orientasi yang cukup tinggi dari segi ideologi terhadap parpol pengusung dan. Atau paslon kandidat. 

Esai

Etikabilitas yang dimaksud adalah sebuah konsep kepatuhan seseorang atas nilai-nilai etis yang tercermin dalam segenap perilaku yang dilakukan. Sebab itu agar tidak salah pilih, maka etikabilitas tetap perlu mendapatkan tempat ketika memilih kepala daerah.

Esai

Untuk itu, Kota Bekasi perlu para pemilih yang cerdas yang anti money politic, tidak asal pilih, dan menjadikan visi, misi dan platform paslon sebagai pertimbangan utama, serta pemilih yang belajar dari pengalaman empiris perihal banyaknya pejabat Kota Bekasi yang tersandung kasus pidana korupsi oleh sebab pucuk pimpinan yang koruptif.

Esai

Setelah dilakukan penelusuran literasi, ternyata Paslon Bang Heri dan Bang Sholihin ini terbilang membumi dalam mengamati persoalan warga Kota Bekasi, karena sesuai data Pengadilan Negeri Agama Kota Bekasi, angka perceraian untuk Kota Bekasi sepanjang 2022 sejumlah 4.887 kasus. Terdiri atas cerai talak (oleh suami) sejumlah 1.305, cerai gugat (oleh istri) sejumlah 3.582 perkara.