Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Metropolitan

Bedah Buku Amatullah Basiimah Berdamai dengan Sunyi

×

Bedah Buku Amatullah Basiimah Berdamai dengan Sunyi

Sebarkan artikel ini
Bedah buku sekaligus seminar dan diskusi Buku Amatullah "Basiimah Berdamai Dengan Sunyi" di UNISMA Bekasi, Selasa, 06 Agustus 2024.

Setelah beberapa waktu lalu buku “Basiimah Berdamai dengan Sunyi” di launching oleh Presiden PKS H. Ahmad Syaikhu, kekinian para penulis buku tersebut mengadakan bedah buku sekaligus seminar dan diskusi yang digelar di Kampus UNISMA Bekasi pada Selasa, 06 Agustus 2024. Tema diskusi yang diangkat kali ini “Hanya karena tuli seseorang tidak harus menjadi bodoh”.

Buku yang ditulis oleh para wartawan senior di Kota Bekasi diantaranya ada Amin Idris, Imran Nasution, Chotim Wibowo, dan Zaenal Arifin ini terinspirasi dari perjalanan hidup Amatullah Basiimah. Dia adalah seorang Penyandang Disabilitas Rungu Wicara (PDSRW) yang merupakan puteri kedua dari Calon Wali Kota Bekasi, Heri Koeswara dan Nur Indah Harahap.

Scroll Ke Bawah Untuk Melanjutkan
Advertisement

Dalam seminar ini, Nur Indah Harahap selaku ibu dari Amatullah Basiimah membagi kisah inspiratif putrinya dengan topik diskusi mengajak kita untuk memahami, bahwa keterbatasan bukanlah suatu halangan untuk meraih kesuksesan.

“Saya yakin ketika Allah menciptakan Basiimah menjadi seorang yang tuli, tuna rungu pasti Allah sudah melengkapi dia dengan kelebihan sensorik yang lain,” ujar Nur Indah Harahap dikutip bekasiguide.com pada Selasa, 06 Agustus 2024.

Ia bercerita, ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), Basiimah mencoba mengikuti sekolah Inklusif yang dimana siswa dapat belajar bersama dengan aksesiblitas yang mendukung tanpa terkecuali difabel. Namun Basiimah mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya sehingga Basiimah memilih berhenti dari SMP inklusif. Kemudian bertemu seorang guru kaum tuli bernama Galuh Sukmara Soejanto dimana ia mendirikan sekolah khusus tuli dan Ia sendiri merupakan seorang yang tuli.

“Akhirnya, saya pun belajar homeschooling, belajar menulis, bahasa isyarat, belajar komputer akhirnya kepercayaan diri saya meningkat,” jelas Nur Indah Harahap menterjemahkan ucapan Basiimah.

Ia mengaku, dalam proses penulisan buku “berdamai dengan sunyi” dikatakannya, penulis sempat mengalami kesulitan berkomunikasi dengan Basiimah. Selain itu, penulis juga kesulitan mencari referensi yang berkaitan dengan tuna rungu. Dalam wawancara dengan Basiimah, penulis memberikan pertanyaan tertulis dengan kertas kepada Basiimah.

“Bagaimana perasaan Ketika tahu bahwa Basiimah adalah seorang tuli? Kemudian Basiimah menjawab, Saya tidak mempunyai kekurangan. Tuli itu adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada kami, hanya saja mungkin kami belum tahu apa rahasia dibalik ini,” terang Nur Indah Harahap mencontohkan pertanyaan pertanyaan tertulis yang ditujukan ke Basiimah oleh para penulis buku tersebut.

Lebih lanjut, Nur Indah Harahap mengatakan, melalui seminar diskusi buku “Berdamai dengan Sunyi” ini, Basiimah ingin memberikan pesan kepada para pembaca, bahwa benar keterbatasan itu tidak menjadi penghalang untuk kita meraih kesuksesan.

“Lewat Basiimah, kita belajar bahwa tuli adalah sebuah identitas yang tidak boleh menghalangi kita dalam meraih cita-cita,” tandasnya.

(Reporter : Mahasiswa S1 Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya)

Example 120x600
Metropolitan

“Kami sudah jaminkan yaitu tadi anak yang ketiga ini kan ada yang besok baru masuk SD, yang kedua naik kelas tiga, dan yang pertama juga naik kelas lima SD, jadi nanti akan disiapkan oleh Dinas Pendidikan kita akan tempatkan di sekolah yang ada SD dan SMP sudah menjadi komitmen,” kata Tri dikutip Bekasiguide.com, Kamis 3 Juli 2025.