PERNIKAHAN Amatullah Basiimah dengan Khalil Ibrahim, Sabtu (18/2), bisa menjadi pernikahan monumental. Bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi kita, masyarakat, atau juga kepentingan syar’iy. Termasuk juga bagi kaum disabilitas sensorik wicara.
Spesial karena menjadi awal Basiimah merajut keluarga. Spesial karena orangtuanya melepas buah hati. Dan tak kalah penting, pernikahan ini bisa menjadi role model. Pernikahan penyandang tuna rungu. Dan ini memang sudah dipersiapkan oleh orangtua Basiimah, Pak Heri Koswara.
“Sudah. Sudah disiapkan. Termasuk dokumentasinya. Ini semoga bisa menjadi semacam panduan. Bagimana dan apa saja dalam pernikahan anak yang memiliki keterbatasa rungu,” kata Heri Koswara.
Pernikahan ini, kata Heri, memang spesial karena kondisi penganten berbeda. Pengantin baik pria maupun wanita tuna rungu. Sehingga, prosesi sakral pernikahan pun dilakukan spesial.
Seperti, saat wali menikahkan, maka dibutuhkan penterjemah isyarat. Ada juga saat petugas KUA memberi sambutan atau khutbah nikah dilakukan plus penterjemah isyarat. Dan itu sudah dipersiapkan semuanya.
Karenanya, orangtua pengantin sebelumnya sudah melakukan kondisioning. Seperti memberikan informasi kepada petugas KUA terkait kondisi pengantin. Atau juga melakukan konsolidasi dengan tokoh utama agar pernikahan nanti lancar dan sah sesuai syareat.
“Bahkan, sampai terkait ‘kedutan’ saat salaman nikah juga kita pertanyakan. Khan pengantinnya akan menjawab dengan bahasya isyarat?,” kata Heri.
Inilah salah satu pernik yang bisa diambil hikmah dari pernikahan Basiimah dengan Khalil. Pasangan tuna rungu. Yang pada nantinya bisa dijadikan pemikiran serius terkait ibadah bagi kaum ini.
Ibadah shalat, wudhu, atau pengajian terkait kaum tuna rungu. “Bagaimana shalat berjamaah, bagi kaum tuli. Sehingga ada panduan khusus yang benar. Bagaimana mengisyaratkan imam sudah rukuk, atau sujud,” kata H Siswadi, Ketua Dewan Pembina PPDI.
Yah, memang perlu juga mengingatkan, perhatian lebih baik, proporsional, kepada para penyandang disabilitas. Kaum tuna rungu ini secara fisik tak berbeda dengan normal. Tetapi, mereka memiliki keterbatasan, yang seringkali berpotensi salah komunikasi.
Basiimah lagi-lagi menjadi penyemangat. Kali ini dalam prosesi pernikahannya. Selamat, Basiimah. Selamat Pak Heri Koswara dan Ibu Nur Indah. Saya jadi ingat, dengan video ini, ketika Basiimah ditanya apa ungkapannya kepada ibunya? “Terima kasih sudah dibantu selama ini. Terima kasih, ma,” kata Basiimah.
Oleh: Chotim W (Pimpinan Redaksi)