BEKASI- Bertekad sehidup semati dengan sang suami, inilah yang menjadi alasan Nenek Mariyah (76) bertahan hidup di sebuah bangunan kecil yang berada di sekitar pemakaman.
Awalnya, Nenek Yanah (sapaan akrabnya), bersama sang suami sebelum meninggal dunia tinggal di bangunan kecil di area pemakaman di RT 04 RW 03, Kalibaru kecamatan Medan Satria Kota Bekasi.
Delapan tahun lamanya nenek Yanah tinggal di tengah pemakaman tersebut. Namun kini, nenek Yanah harus hidup sebatang kara, setelah suaminya tiada setahun silam dan memang dirinya pun tidak memiliki keturunan.
“Kalau gak salah udah 8 tahun tinggal disini. Tinggal sama bapak (almarhun suami) 7 tahun, nenek sekarang tinggal sendiri disini sudah 1 tahunan,” kata nenek Yanah, saat ditemui Bekasiguide.com pada Jumat (28/10/2022).
Menurut nenek Yanah, suaminya meminta agar dirinya tidak kemana-mana. Sebab memang, kerabat dari nenek Yanah sudah tidak diketahui kabarnya.
Adapun nenek Yanah merupakan warga asli Cirebon, dan menjadi yatim piatu sejak usia 6 tahun. Sempat tinggal bersama kakeknya, namun saat dirinya menginjak usia 12 tahun, sang kakek meninggal dunia.
Diketahui Nenek Yanah sering ditawarkan oleh pemerintah setempat untuk hidup ditempat yang lebih layak. Namun ia tidak menerima tawaran tersebut. Menurutnya hidup sendiri dan dekat dengan sang suami dirasa lebih baik.
“Enakan sendiri, bebas. Dari pemerintah juga sering kesini nawarin buat pindah, ga mau. Biar di gubuk disitu rubuh juga gapapa,” ujar Nenek Yanah.
Kondisi Nenek Yanah saat ini juga sedang mengalami sakit pada bagian kaki karena penyakit Asam Urat yang dideritanya. Akibatnya, Nenek Yanah harus dibantu dengan sebuah tongkat untuk berjalan.
“Ini kakinya sakit, Asam Urat lagi kambuh salah makan kali. Abisnya makan kan yang asal ada di warung aja,” ucapnya.
Semenjak sang suami tak ada, Nenek Yanah mengaku tak bisa berobat seperti dulu karena tidak ada yang mengantar. Paling tidak ia hanya mengandalkan minyak gosok kemasan dan bantuan dari sekitar.
“Sekarang gak ada bapak, nenek gak bisa jalan gak ada yang nganter. Jadi di rasain aja, beli obat warung, kalau ke apotek nyuruh bocah kalau ada rezeki. Kadang juga suka ada yang ngasih (obat)” ucapnya.
Begitupun untuk makan sehari-hari, Nenek Yanah mengaku harus memaksakan diri berjalan sendiri ke warung. Sesekali juga kerap dibantu oleh warga sekitar, atau sekedar menyuruh bocah jika ada yang lewat di sekitar pemakaman tersebut.
Untuk mengatasi kesepiannya, Nenek Yanah memelihara kucing yang kini jumlahnya mencapai 14 ekor.
“Dari ada bapak, kucingnya dari gadis kita urusin, udah tiga kali beranak,” ujarnya.
Di tengah keterbatasannya, Nenek Yanah pun tak memiliki harapan yang muluk-muluk. Ia hanya berharap untuk tetap bisa hidup sehat dan aman.
“Nenek harapannya satu pengen sehat, kedua pengen aman, udah harapan nenek mah itu aja,” tutupnya.
Terpisah, Kasi Kesos keluharan Kalibaru, Yahya Lubis mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali menawarkan Nenek Yanah untuk pindah ke tempat yang lebih layak. Seperti Panti Jompo atau Rumah Susun, namun Nenek Yanah menolaknya.
Meski begitu, Yahya mengatakan, pihaknya terus mengupayakan untuk membantu Nenek Yanah terkait kesehatan dan penunjang kehidupan sehari-harinya.
“Kami upayakan program-program pemerintah seperti PKH dan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai),” ujarnya.
“Sebulan sekali atau dua bulan sekali puskesmas juga rutin kesana. Visit ketempat nenej Yanah,” tutupnya. (Mae).