Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Komunitas

Melon Santri

×

Melon Santri

Sebarkan artikel ini
Caption : Kyai Sarwoko, pengasuh PP Kyai Ageng Selo

BEBERAPA santri tampak menangis haru. Saat panen Melon Inthanon perdana di Pesantren Kyai Ageng Selo, Klaten, hasilnya melimpah (25/5/2022). Hasilnya bahkan diluar perkiraan, baik berat dan kualitas.

Bagaimana tidak. Ketika perjalanan merintis awal, menanam, merawat sampai panen, dibutuhkan perjuangan yang lumayan berat. Lahir batin. Inilah, dari santri untuk negeri.

Scroll Ke Bawah Untuk Melanjutkan
Advertisement

“Seakan kami berdialog dengan tanaman melon. Kami sampaikan kalimat indah, kami _shalawati._ Kami sirami. Yah, karena Allah memberi tanaman ini kepada kami, para santri dan negeri ini,” kata Kyai Sarwoko, pengasuh PP Kyai Ageng Selo.

Rupaya, perjalanan perjuangan menanam melon sistem Hebitren di Solo Raya ini juga cukup mengasah batin. Para santri dan petugas selalu bershalawat ketika merawat. Selain bekal pengetahuan perawatan yang harus tepat, juga ikhtiar batin selalu dilakukan. “Mujahadahan,” katanya.

Budi daya kerjasama dengan pesantren Al-Ittifaq Bandung, dan beberapa mitra lain seperti Bank Indonesia. Keberhasilan juga tak lepas dari peran para operator dan pendamping. Melon jenis premium ini dikembangkan dengan cara khusus melalui Green House yang sengaja dibangun.

Pada panen perdana kemarin ternyata melebihi ekspektasi sebelumnya. Hasilnya -alhamdulillah- memuaskan. Dari sisi berat misalnya, mencatat rekor baru dengan berat mencapai 2 kilogram.

Dari sisi kualitas, sisi kemanisan, jangan tanya. “Karena saat diukur, tingkat kemanisan mencapai tingkat Sultan,” katanya sambil menyebut alat ukur ‘brix’ mencapai tingkat 16 persen.

Panen dalam program Infratani Hebitren Solo Raya kali ini juga mencatat rekor hasil dengan lahan 500 meter persegi pada tanam perdana mencapai 1 ton. Pesantren Kyai Ageng Selo ini juga menjadi pesantren pertama di Jawa Tengah yang melakukan budi daya tanam melon jenis Inthanon.

“Ini pengembangan budi daya melon untuk kemandirian pesantren,” kata Kyai Sarwoko yang juga alumni PP Almuayyad, Solo ini.

Maka, kalimat syukur pun tak harus berhenti. Melon santri ini akan memasuki pasar modern di tanah air, atau bahkan bisa ekspor, dengan kualitas dan tentu dengan keberkahan pesantren. Pesantren mandiri, untuk negeri. Ayo, siapa mau nyicip? (Chotim)

Example 120x600
Komunitas

“Kali ini, kita menampilkan 15 desain, dari awal IFP ada, kita tidak pernah absen. Tentu event seperti ini sangat dibutuhkan agar batik Bekasi semakin dikenal di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Dewi dikutip, Sabtu, 28 Juni 2025.

Komunitas

“Dibawa sarungnya ke tongkrongan. Disitu mulainya. Iseng-iseng yang ini lawan ini gitu. Awal cuma tujuh orang lah itu, saya rekam diposting ke medsos. Terus ada yang minta latihan, diposting tiga sampai empat kali, ada yang tanya ‘bang boleh minta kontaknya gak latihan dimana, rutin hari apa aja. Pokoknya nanyain jadwal latihan, biayanya, saya bilang ‘ngga ada biaya, kita tiap sore aja nongkrong pulang kerja kita sparing gitu,” kata Musa di Cikarang Timur, Senin, 21 Oktober 2024.