Nikmatnya keimanan adalah saat kita menyerahkan segala sisi kehidupan dan hasil dari proses perjuangan hidup hanya diserahkan kepada sang Ilahi Rabbi. Bahwa tidak ada satu pun, kehidupan di dunia ini lepas dari pandangan-Nya. Bahkan, tidak ada sehelai daun pun yang terjatuh melainkan atas Kehendak-Nya.
Sejatinya, setiap segala upaya dan semua seisi alam ini adalah hak serta kuasa Sang Khalik. Penguasa Alam, Allah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran: Ayat 189)
Tidak ada yang berkuasa selain Allah, yang menguasai semua yang ada di alam semesta ini. Bahkan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan atas kehendak Nya (Al-An’am: 59). Karena Ia pemilik kerajaan langit dan bumi.
Manusia di bumi ini hanya diperintahkan untuk selalu berikhtiar. Mengupayakan segala kehidupan, dan Allah lah penentu akhirnya. Baik, buruk. Berhasil atau gagal, adalah sebuah proses menuju kepada-Nya. Saat kita berhasil menjalani perjuangan, maka kita kembalikan bahwa keberhasilan ini adalah berkah serta atas izin Sang Ilahi Rabbi. Sehingga kita harus senantiasa bersyukur atas kenikmatan itu.
Begitu pula, ketika gagal. Bukan akhir dari segalanya. Namun itu sebuah proses yang harus dijalani, karena Allah mengetahui semuanya. Sehingga setiap kegagalan itu harus kita kembalikan kepada Sang Khalik. Pasti di balik kegagalan itu ada nikmat yang tiada tara, ada rencana Tuhan yang tidak kita ketahui. Hakikatnya, bahwa keinginan manusia, tidak sama dengan kehendak Allah SWT.
Dengan kegagalan itu, Allah menguji keimanan dan kedekatan kita. Allah sangat sayang dengan kita. Sehingga kita diuji dengan kegagalan dan kegagalan, agar kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Bukan semakin menjauh. Karena dengan semakin mendekat, Allah akan memberi solusi dan kebaikan di akhir kegagalan itu.
Pasrahkan semua kepada-Nya. Kita tidak pernah tahu apa yang Allah rencanakan buat kita. Dekati dan semakin dekat kepada Allah, beribadah dan menangislah tuk mengadu kepada-Nya, teruslah mendekat keharibaan-Nya manakala kita selalu diuji. Ingat Nabi Ayub dan Nabi Yunus, yang seluruh hidupnya penuh ujian. Sehingga umat, bahkan anak istrinya menjauh. Sampai pada titik tertentu, hampir berputus asa. Menjauh dari kehidupan. Namun Allah langsung menegur dan mengingatkan untuk kembali kepada jalan Allah.
Akhirnya, Allah pun memberi kebaikan dan keberhasilan yang tiada disangka-sangka.
Allah berfirman dalam surah Yusuf (12) ayat 87: “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir”. Sangat jelas, bahwa kita jangan terlalu larut dan berputus asa dalam ujian serta rahmat Allah. Bahwa semua itu tidak lepas dari kuasa-Nya. Kita, manusia hanya dituntut untuk berikhtiar dan mencari solusi dengan terus menggantungkan diri kepada-Nya. Sehingga kita tidak tersesat ke jalan yang tidak baik, tetapi kita meminta kepada Sang Khalik untuk selalu dalam jalan-Nya.
Nikmati semua proses hidup ini. Karena Allah telah mempersiapkan semuanya untuk kehidupan kita di dunia dan akhirat. Nikmati….
Ramadhan penuh berkah ini, sejatinya adalah proses pendedahan tabir kehidupan. Kawah candradimuka kesabaran, ketaatan dan pengetahuan tentang proses kehidupan sehingga kita menuju manusia paripurna. Yang selalu menjaga kedekatan diri kepada Sang Khalik dan berbuat baik terhadap sesama. Tidak berburuk sangka kepada manusia. Apalagi kepada Allah SWT.
Selamat idul Fitri, semoga kita terlahir dalam kepolosan dan ketulusan menjalani hidup hingga bertemu Ramadhan yang akan datang.
Oleh : Aef Elfath (Redaktur Eksekutif)